19 Jan 2012

Dan Sadulur Papat is None Other than Alam Semesta

by Leonardo Rimba on Wednesday, January 18, 2012 at 12:24pm

Jangan ada salah kaprah lagi diantara orang Indon, seolah-olah orang Barat tidak kenal kata Allah. Mereka marak sekali pakai kata Allah, di bahasa Inggris dituliskan sebagai God. Sebaliknya, orang Barat jarang sekali pakai kata Tuhan, yg dituliskan sebagai the Lord di bahasa Inggris. Menurut tata-krama pergaulan orang Barat, tidak pantas kata Tuhan (the Lord) dibawa dalam tulisan dan percakapan umum. Yg pantas adalah kata Allah (God). Surprise.. surprise..



Saya hidup di dua dunia, dunia bahasa Indonesia dan dunia bahasa Inggris. Saya tahu pasti para native speakers berbahasa Inggris (orang AS, Inggris, Australia, Kanada, dll) akan merasa malu tujuh keliling apabila pakai kata Tuhan (the Lord) di dalam tulisan atau percakapan mereka. Kenapa? Karena akan terkesan sebagai kristen fundamentalis. Yg suka pakai kata Tuhan (the Lord) cuma orang-orang kristen saja, dan itu juga cuma di kalangan mereka sendiri. Kalau sudah berbicara atau menulis untuk umum, yg digunakan adalah kata Allah (God). Kata Allah (God) sangat umum. Kata Tuhan (the Lord) tidak umum. Kalau digunakan juga, umumnya merujuk kepada Yesus. Lord Jesus.



Untuk teman-teman yg tertarik untuk memperlurus cara berpikir, ingatlah bahwa saya menulis tentang asal-usul. Asal-muasal. Kalau kita mengerti asal-usul, kita tidak akan rancu. Kita akan pegang arti asli. Kalau kemudian ada arti baru, yg tidak dilarang, kita akan tahu bahwa itu perkembangan kemudian, dan bukan asal muasal.



So, saya mengerti asal muasal kata Tuhan, yaitu kata Tuan, dan berarti Tuan. Pertama kali digunakan untuk Yesus ketika dilakukan penerjemahan Alkitab ke bahasa Melayu 300 tahun lalu.



Kalau kemudian kata Tuhan menjadi begitu populer di Indonesia, sehingga orang lupa asal-usulnya, dan mengira Tuhan berarti Allah, maka itulah yg namanya kerancuan.



Tulisan saya bermaksud meluruskan kerancuan, dan bukan menambah-nambahinya. Bukan bermaksud melarang, karena tidak ada yg larang kalau anda mau bilang Tuhan = Allah.



Saya cuma mau menunjukkan, bahwa aslinya kata baru Tuhan berarti Tuan. Sinonim dengan kata Gusti di bahasa Jawa. Dan sinonim dengan kata Lord di bahasa Inggris.



Sudah terlalu banyak salah kaprah di alam pemikiran manusia Indonesia. Segala macam disalah-kaprahkan.



-



Saya ulangi sekali lagi, kita disini bicara asal usul kata Tuhan di bahasa Indonesia. Asalnya dari kata Lord, kalau di bahasa Inggris. Dan itu diterjemahkan menjadi Tuhan di bahasa Indonesia. Artinya Tuan atau Gusti.



Kata God di dalam bahasa Inggris, diterjemahkan menjadi Allah di bahasa Indonesia.



Jadi, ada dua kata yg berbeda artinya, Tuhan dan Allah. Tuhan asalnya dari kata Lord. Dan Allah asalnya dari kata God.



Ini untuk meluruskan salah kaprah bahwa Tuhan = Allah. Tidak seperti itu maksud aslinya.



Maksud aslinya, Tuhan adalah Tuan. Lord atau Gusti.



Allah adalah God.



Ini saja coba anda mengerti. Kalau anda coba perhatikan istilah God di naskah-naskah berbahasa Inggris, dan anda bandingkan itu dengan terjemahanya, maka anda akan mulai mengerti maksud saya.



God di bahasa Inggris artinya Allah. Ini konsep Allah menurut tradisi Yahudi-Kristen (Judeo-Christian).



Di khazanah Yahudi-Kristen, Allah adalah Allah, selalu disebutkan sebagai Allah, dan tidak menjadi Tuhan.



Tuhan itu lain lagi, di bahasa Inggris tulisannya Lord. The Lord = Tuhan. Kalau ada istilah itu muncul, anda patut bertanya, the Lord apa yg dimaksud?



Ada macam-macam Lord. Maksudnya, macam-macam Tuan. Walaupun diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai Tuhan, seperti Yesus, tetapi maksudnya tetap saja Tuan.



Allah beda. Kalau yg dimaksud adalah Allah, maka tulisan di bahasa Inggrisnya God.



Di dalam bahasa Inggris, Allah tidak dipelintir menjadi Tuhan. Dan Tuhan tidak dipelintir menjadi Allah. Tidak main pelintir-pelintiran seperti kebiasaan orang Indon.



Ini saja coba dimengerti. Harus fokus. Kalau anda bisa fokus dan mengerti salah terjemahan di banyak buku, ketika kata God diterjemahkan menjadi Tuhan, maka anda akan bisa melihat dengan jelas, sejelas-jelasnya.



Apa itu yg akan terlihat tentu saja anda harus mengalaminya sendiri. Saya tidak mau ceritakan semuanya. You have to experience that yourself.



Ini hal pencerahan pribadi. Anda sendiri yg harus mencerahkan diri anda. Bukan saya.



-



Kita harus mengerti dulu arti asal dari kata Tuhan itu, yaitu artinya Tuan atau Gusti. Kalau kita sudah mengerti, maka akan mudah saja memberikan arti lain.



Bahkan mengartkan Tuhan = Allah. Seperti di kalimat "Tiada Tuhan selain Allah".



Nah, kata Tuhan di kalimat itu berasal dari kata Illah. Tuhan = Illah.



Illah itu apa pastinya saya juga tidak terlalu jelas. Tetapi sudah dimengerti sebagai Tuhan.



Jadi Tuhan = Illah = Allah.



Itu pengertian belakangan. Arti baru. Arti yg bergeser.



Arti asli atau awal, Tuhan = Tuan = Gusti. Bukan Allah.



-



So, tulisan saya bermaksud mengajak anda untuk berusaha mengerti asal-usul kata. Kalau kita mengerti asal-usulnya, dan kemudian kita memberikan arti baru, maka kita akan bisa melihat dengan perspektif atau cara pandang yg multidimensional.



Kita akan memahami bahwa ini semua adalah permainan kata. Ada kata yg diberi arti asal. Kemudian diberi arti baru. Kemudian artinya bergeser, baik disengaja maupun tidak.



Dan itulah bahasa. Bahasa yg hidup seperti itu, selalu menemukan arti baru dari kata-kata yg sudah ada.



Dan tentu saja tidak dilarang. Boleh saja. Cuma, sebaiknya diberkan definisi. Kalau kita pakai suatu kata, kita jelaskan apa yg kita maksud. Satu kata bisa berarti banyak, bermacam-macam, dan berbeda-beda. Tergantung siapa pemakainya.



Kalau kita jelaskan apa yg kita maksud dengan kata yg kita pakai, maka pembaca akan banyak sekali terbantu. Dan tidak perlu diperdebatkan. Pemberian arti kepada suatu kata, misalnya kata Tuhan atau kata Allah, tidak perlu diperdebatkan. Arti bisa kita berikan, arti apapun, itu hak penulis / pembicara.



Berdasarkan arti yg diberikan itulah penulis / pembicara menguraikan jalan berpikirnya.



-



Ngomong-ngomong soal istilah yg digunakan oleh orang Hindu, saya mendapati bahwa di bahasa Inggris ternyata mereka tidak allergi menggunakan istilah God.



Di bahasa Inggris, literatur Hindu penuh dengan istilah God. Tetapi ketika diterjemahkan atau ditulis langsung dalam bahasa Indonesia, apa yg dimaksud dengan God di bahasa Inggris akhirnya menjadi Tuhan juga.



God di bahasa Inggris terjemahannya adalah Allah di bahasa Indonesia. Tetapi rupanya orang Hindu di Indonesia tidak mau pakai kata Allah. Yg dipakai kata Tuhan, yg artinya Tuan, dan bahasa Inggrisnya adalah Lord.



Allah itu bahasa Indonesia, dan bahasa Inggrisnya God.



Tuhan di bahasa Indonesia, bahasa Inggrisnya Lord.



Kalau yg dimaksud adalah God, kenapa harus pakai kata Tuhan?



Jawab: nilai rasa kata. Ada rasa risih ketika pakai kata Allah. Di bahasa Indonesia, nilai rasa kata Allah agak gimana gituh. Kurang disukai. Orang lebih suka pakai istilah Tuhan.



Di negara-negara yg berbahasa Inggris, Allah bernilai rasa biasa saja. Umum sekali orang untuk menyebut God. Semua agama pakai istilah God, yg di bahasa Indonesia menjadi Allah.



Tetapi disalah-kaprahkan menjadi Tuhan.



Makanya Yesus sekarang dipertanyakan, kenapa orang Kristen menuhankan Yesus?



Pedahal itu namanya, Tuhan Yesus. Artinya Tuan Yesus.



Bukan Allah Yesus.



Anda yg bilang Tuhan adalah Allah. Tuan adalah Allah. Makanya kata Tuhan jadi sinonim dengan Allah di bahasa Indonesia.



Di bahasa-bahasa Barat tidak seperti itu.



Mereka benar, kita yg salah kaprah, sampai sekarang.



-



Anda bisa saja bilang Tuhan = Allah. Tetapi sebaiknya anda mengerti bahwa itu arti belakangan. Arti yg anda berikan kepada kata baru Tuhan, yg pertama kali digunakan oleh orang Kristen dan berarti Tuan.



Silahkan baca kembali berkali-kali apa yg saya tulis.



Kalau anda mengira bahwa kata Tuhan itu muncul begitu saja dan berarti Allah, maka artinya anda tidak bisa fokus.



Fokus.. fokus.. dan mengerti bahwa Tuhan merupakan kata baru, tadinya tidak ada itu istilah. Yg ada istilah Tuan. Dan kemudian dituliskan sebagai Tuhan. Dengan tambahan huruf h.



Artinya tetap saja Tuan.



Tetapi, orang-orang kemudian salah kaprah, dan mengira Tuhan itu Allah. Jadi, itu kata baru Tuhan diambil-alih, dan digunakan sebagai sinonim untuk Allah.



Boleh saja, tetapi itulah arti belakangan, bukan arti asli.



-



Mungkin sekarang anda sudah bisa menyimpulkan sekarang darimana asalnya konsep Tuhan, Allah, Dewa, dlsb.



Semuanya keluar dari pikiran manusia seperti anda dan saya.



Bukan jatoh gedebuk dari atas langit, melainkan hasil pemikiran.



Karena hasil pemikiran, makanya tidak perlu diperdebatkan, apalagi sampai ngotot-ngototan. Semuanya merupakan hasil pemikiran orang pribadi per pribadi. Berlaku bagi orangnya sendiri.



Kalau orangnya mengira dia memperoleh "bisikan" sehingga bisa berpikir dan menghasilkan sesuatu. Misalnya tentang sesuatu yg dinamakannya Allah, bahwa Tuhan = Allah, dll... Dan menurutnya, bisikan itu mutlak berlaku bagi dirinya sendiri dan semua orang, maka artinya orang itu terganggu kesehatan jiwanya.



Namanya mengalami delusi, waham. Dan itu cukup banyak juga sekarang ini. Mereka tidak sadar, bahwa yg muncul itu pemikiran, hasil pemikiran dirinya sendiri.



-



Nama personal tentu saja tidak boleh diterjemahkan. Tetapi Elohim di bahasa Ibrani bisa menjadi Allah dan God, bisa menjadi bermacam-macam istilah. Ternyata ini bukan nama personal, melainkan istilah teknis. Artinya sesembahan. Sesuatu yg disembah. Tapi jarang orang yg tahu itu. Mereka mengira Allah adalah nama personal, pedahal bukan.



Elohim atau Allah-nya orang Yahudi dituliskan sebagai JHVH, tetapi dibaca Adonai. Ada yg menganggap JHVH ini sebagai nama personal, dan dibaca sebagai Jehovah atau Jahveh. Menurut saya, itu bukan nama personal melainkan simbol saja. Simbol dari sesuatu yg tidak bisa dijelaskan dan diuraikan, selain dibilang ada. Ada karena ada.



Jadi, orang Yahudi kalau ditanya akan bilang bahwa mereka menyembah God (Elohim atau Allah) yg disebut the Lord (Adonai atau Tuan, tetapi dituliskan sebagai Tuhan di bahasa Indonesia). Cuma itu saja, dan nama personal dari The Lord/ Adonai/ Tuhan/ Tuan ini tidak pernah dibicarakan.



Interpretasi saya, JHVH ini simbol dari empat unsur alam semesta, yaitu Udara, Air, Api dan Tanah. Sadulur Papat.



Dan sadulur papat is none other than alam semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar