by Leonardo Rimba II on Friday, December 30, 2011 at 9:28am
Ada yg punya aspirasi mulia ingin mengembalikan kejayaan Nusantara seperti di masa lalu. Pertanyaannya sekarang, kapan Nusantara pernah berjaya di masa lalu? Apakah Majapahit, dimana semua orang, baik lelaki maupun perempuan telanjang dada? Atau Sriwijaya, dimana pelancong dari Cina harus pulang dulu karena kehabisan suplai kertas untuk menyalin naskah-naskah?
Berlainan dengan masyarakat Barat dimana banyak sekali peninggalan karya tulis sejak ribuan tahun lalu, maka masyarakat tradisional Indonesia terutama cuma memiliki karya tulis keraton. Yg dari Majapahit itu sastra keraton, pesanan raja-raja. Isinya puja-pujian kepada sang raja. Bukan cara pandang dari masyarakat umum. Kalau dari Sriwijaya bahkan sama sekali tidak ada karya tulis. Kita cuma bisa tahu dari catatan pelancong dari Cina yg menulis Sriwijaya adalah pusat agama Buddha. Tapi, walaupun pusat agama Buddha, ternyata tidak ada kertas. Jadi, the pelancong dari Cina harus pulang dulu untuk mengambil kertas ketika kehabisan. Itukah masa kejayaan Nusantara?
Untuk anda yg belum tahu, leluhur Nusantara mempraktekkan perbudakan juga. Raja-raja di Bali menjual orang yg kalah judi dan tidak bisa bayar hutang. Dijual sebagai budak. Makanya banyak orang Bali yg lari ke Batavia, lebih baik lari daripada dijual sebagai budak. Ada Kampung Bali di Jakarta yg dulu merupakan tempat berkumpulnya pelarian dari Bali. Sekarang Kampung Bali letaknya di tengah kota Jakarta, tetapi dulu termasuk jauh di dalam hutan. Orang Bali datang ke Batavia membawa budaya "asli" (dalam tanda kutip), termasuk Barong Landung yg di Jakarta dikenal sebagai Ondel-ondel.
Orang Jakarta sekarang bilang itu Ondel-ondel asli dari Jakarta. Pedahal asalnya dari Barong Landung di Bali. Dan, pada gilirannya, the Barong Landung di Bali ternyata copas juga. Aslinya itu budaya peranakan Cina. Yg seperti ini masih bisa ditelusuri. Kita bahkan masih bisa telusuri penghapusan perbudakan secara total di seluruh Nusantara di pertengahan abad ke 19. Yg menghapuskan adalah Belanda. Dan itu juga tidak apa, karena dalam terminologi saya, Belanda juga termasuk leluhur kita. Yg menyatukan Nusantara ini leluhur kita, yaitu leluhur kita yg Belanda.
Biasanya, kejayaan Nusantara dikaitkan dengan konsep keaslian. Kita ini gila asli. Bahkan Borobudur dan Prambanan itu dibilang asli. Saya tanya, asli apanya? Jawab: Asli batunya, tentu saja. Yg asli dari Borobudur dan Prambanan adalah batunya. Sedangkan tekniknya, seninya, konsepnya, semuanya import. Dari India. Dan itu tidak kalah dengan jalan raya Anyer-Panarukan yg juga dibangun oleh nenek moyang kita. Yg asli adalah batunya. Tekniknya import juga. Pakai teknik bikin jalan dari Eropa.
Tanpa ada pengaruh dari luar, nenek moyang Nusantara semuanya cuma pakai cawat. Baik lelaki maupun perempuan cuma pakai cawat. Itu masih bisa dilihat di Suku Mentawai pedalaman, yg belum terkena pengaruh India, Cina dan Eropa. Tetapi segalanya mulai berubah menjadi makin baik ketika imigran dari India dan Cina mulai datang. Semakin baik lagi ketika imigran dari Arab dan Eropa datang. Leluhur Nusantara akhirnya campur baur. Dan menghasilkan puncak kejayaan beberapa saat sebelum diserbu oleh Jepang. Puncak kejayaan Nusantara di masa lalu adalah di jaman Hindia Belanda, sesaat sebelum jatuh ke tangan jepang. Setelah masuk masa Republik Indonesia, kita belum punya masa kejayaan, karena segalanya ternyata terlihat di masa depan. Bukan di masa lalu, tetapi di masa depan.
Jangan ter-delusi atau menipu diri sendiri. Bilang Nusantara pernah jaya di masa lalu artinya anda mau bilang bahwa penjajahan pria terhadap wanita adalah hal yg normal. Perbudakan satu etnik terhadap etnik lainnya merupakan hal terhormat. Itu yg terjadi di Nusantara masa lalu. Semoga tidak terulang lagi.
-
Ternyata, semakin tahun semakin banyak orang Indon yg merayakan hari Tahun Baru 1 Januari. Apakah mereka tidak tahu bahwa ini Tahun Baru Masehi, asal katanya Al Masih atau Kristus. Ini Tahun Baru Kristen, dihitung berdasarkan lahirnya Tuhan Yesus. Kalau merayakan Tahun Baru artinya mengakui Yesus sebagai Tuhan. Subhanalloh.
Tadi saya dengar orang-orang yg ribut cari arang batok kelapa untuk panggang-memanggang daging halal di malam Tahun Baru. Dan, nanti, pas jam 12 malam di tanggal 31 Desember 2011, atau persis setelah detik pergantian tahun, maka akan berhamburanlah petasan dan kembang api ke atas langit yg tinggi. Begitu tradisi Tahun Baru di daerah sekitar rumah saya di pinggiran Jakarta. Suaranya memekakkan sekali pada saat pergantian tahun. Dar der dor... Dar der dor... Syuuutttt DORRR... Semuanya cinta sama Tuhan Yesus, hohoho
Dan, saya rasa, tradisi seperti itu bukan hanya di lingkungan tempat tinggal saya saja, melainkan juga di seluruh Jakarta dan sekitarnya. Malahan di kota-kota lainnya juga. Ternyata, tanpa disadari, kita semua telah jadi orang kapir yg sempurna. Merayakan Tahun Baru artinya memperingati kelahiran Tuhan Yesus di Tahun 0 Masehi. Sekarang akan memasuki Tahun 2012 Masehi. Artinya, memperingati kelahiran Yesus yg ke 2012.
Dalam bahasa Inggris, Tahun Masehi dituliskan sebagai CE, artinya Christian Era. Era Kristen. Jadi, kita sekarang hidup di era Kristen. Masa Kristen. Sebelumnya masa jahilliyah.
Saya rasa Tahun Baru 1 Januari adalah satu-satunya hari raya yg diperingati merata di seluruh dunia, entah oleh berapa milyard orang. Ini hari raya universal yg pertama. Dalam sejarah umat manusia, belum pernah ada hari raya yg bisa mencapai status seperti ini. Dan kita sepatutnya bangga. Kita telah menjadi bagian dari masyarakat internasional.
Untuk anda yg belum tahu, Malam Tahun Baru dirayakan di seluruh gereja di satu dunia. Namanya kebaktian malam Tahun Baru. Aslinya memang hari raya keagamaan, dan masih sampai sekarang. Tahun Baru itu hari raya agama di Kristen. Tetapi sekarang telah diterima oleh semua orang sehingga banyak yg tidak tahu bahwa itu hari raya agama. Dan tentu saja tidak akan menjadi masalah. Tidak harus diributkan. Saya juga merayakan Tahun Baru, tanpa perlu merasa harus masuk gereja. Kalau saya mau, saya bisa ikut masuk gereja dan merayakan malam Tahun Baru secara agama. Kalau saya tidak mau, tidak ada yg memaksa. It's suka-suka.
Prinsipnya, gereja-gereja selalu terbuka bagi siapa saja yg mau ikut masuk. Anda tidak akan ditanya beragama apa. Setahu saya, gereja paling penuh di Malam Natal dan Malam Tahun Baru. Sampai harus pasang tenda dan mengadakan kebaktian berkali-kali karena, maklumlah, orang-orang yg biasanya hidup secara kapir, sekarang tiba-tiba sadar diri dan ingat untuk setor muka sama Tuhan Yesus supaya dikasih berkat agar bisa menyambung hidup satu tahun berikutnya.
Perayaan Tahun Baru Masehi atau Kristen secara merata di Indonesia merupakan gejala tak terbantahkan lagi bahwa Indonesia sudah masuk menjadi bagian dari dunia internasional. Masuk dalam sistem berpikir dan berperilaku di masyarakat beradab, walaupun masih jatuh bangun juga, dengan bilang haram jadah untuk yg satu, dan bilang tidak haram jadah untuk yg lain. Pedahal semuanya haram jadah, atau berasal dari kekristenan.
Kemunafikan tentu saja bisa diterima sampai taraf tertentu, asal tidak merugikan siapapun. Kemunafikan dengan cara merayakan Tahun Baru Kristen tentu saja termasuk kemunafikan yg tidak berbahaya, tidak merugikan siapapun. Patut diacungi jempol.
Di negara-negara beradab, bahkan semua orang merayakan Natal dan Tahun Baru. Aspek agamanya semua orang tahu, tapi diabaikan saja. Yg mau merayakan secara agama bisa. Yg mau merayakan secara sekuler juga bisa. Tidak ada yg perduli kalau Natal dan Tahun Baru aslinya, dan sampai sekarang, merupakan hari raya Kristen. Semua orang merayakannya. Tapi tidak semuanya masuk gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar