ATISHA
Melampaui Meditasi untuk Hidup Meditatif
by Anand Krishna
hal 227
Atisha menganjurkan, "Apa pun yang memprovokasi kamu, apa pun yang membuatmu marah, kesal, bermeditasilah mengenainya!"
Jangan menekan emosi. Menahan diri dan menekan emosi berarti menunda luapan amarah. Dan penundaan masalah berarti membiarkan masalah itu berbunga.
hal 228
Lakukan sesuatu, masukilah alam meditasi. Biarkan rasa kesal dan amarah menuntun anda, mengantar anda ke alam meditasi.
Pelajarilah kedalaman diri sendiri, "Hai Amarah, ternyata kamu masih bermukim disitu ya! Ah Rasa Kesal, kamu pun masih ada!" Dan tiba-tiba anda akan terbebaskan dari amarah, dari rasa kesal.
hal 229
Yang penting adalah Bodhi Chitta--kesadaran murni. Yang penting adalah menerjemahkan Bodhi Chitta dalam hidup sehari-hari. Yang penting adalah berbagi Bodhi Chitta dengan setiap orang yang menyalami anda, yang anda jumpai dalam perjalanan hidup ini. Inilah hal-hal yang penting. Praktekkanlah hal-hal ini!
hal 230
Jangan terombang-ambing. Jangan bimbang, jangan ragu-ragu. Yang membuat anda terombang-ambing, bimbang dan ragu-ragu adalah mind. Mind yang masih liar, masih belum terjinakkan, akan selalu terombang-ambing. Melepaskan kebimbangan juga berarti melepaskan mind itu sendiri. Lepaskan "sumber" keraguan anda, mind anda--demikian nasihat Atisha.
hal 231
Lo-jong, pelampauan mind, meditasi, bukanlah pekerjaan sambilan. Anda harus mempraktekkannya dengan sungguh-sungguh. Dan di atas segalanya, it's a full time job! Anda bisa menentukan waktu khusus untuk "berdoa", untuk "sembahyang", tetapi untuk "meditasi", untuk lo-jong, anda tidak bisa menentukan waktu khusus. Anda tidak bisa "melampaui mind" pada waktu-waktu tertentu, dan "tidak melampauinya" pada waktu-waktu lain.
Meditasi merupakan pekerjaan 24 jam sehari. Dalam keadaan "tidur pulas" pun, kesadaran anda tidak boleh memudar. Bermimpi pun harus dalam keadaan sadar.
Apabila anda seorang meditator, anda memahami betul maksud saya. Pernahkah anda bermimpi dan dalam mimpi itu "sadar sepenuhnya" bahwa anda sedang mimpi? Jika jawabannya "ya", anda benar seorang meditator!
Mulailah dengan hal-hal kecil, dari hal-hal yang selama ini kita anggap sepele. Biasakan diri anda mengucapkan "terima kasih" kepada siapa saja, untuk apa saja. Sesungguhnya ucapan "terima kasih" itu sendiri tidak penting. Yang penting adalah "mempertahankan" kesadaran pada setiap saat.
hal 232
Kalau meminjam sesuatu, jangan tunggu sampai peminjamnya menegur anda. Kembalikan sebelum ditegur. Dan jangan lupa mengucapkan terima kasih.
Kalau membeli sesuatu, langsung bayar. Jangan tunggu sampai penjualnya menagih. Dan setelah membayar, ucapkan terima kasih.
Jangan lupa ucapkan terima kasih kepada tukang parkir. Demi beberapa keping uang logam, ia menjaga kendaraan anda yang berharga puluhan, bahkan ratusan juta.
Mengucapkan terima kasih, setiap kali anda dilayani memang wajib, tetapi ucapkan pula terima kasih, setiap kali anda memperoleh kesempatan untuk melayani orang lain.
Anda akan kaget, akan surprise bahwa mengucapkan terima kasih beberapa puluh kali setiap hari bisa menciptakan keadaan lo-jong--no mind! Mind kita sudah terdidik untuk mengucapkan "terima kasih" kepada siapa saja yang membantu kita, melayani kita, atau berbuat sesuatu untuk kita. Begitu anda mulai mengucapkan "terima kasih" kepada mereka yang tidak membantu, tidak melayani dan tidak berbuat sesuatu untuk anda, mind akan bingung. Pertama ia akan berontak, apa-apaan nih? Masa saya harus mengucapkan terima kasih kepada seorang pengemis?
hal 233
Justru ia yang harus mengucapkan terima kasih kepada saya! Jangan tergoda. Jangan mengindahkan dalil-dalil yang diberi oleh mind. Just do it, ucapkan terima kasih kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja, untuk apa saja. Dan pada suatu ketika, mind pun akan terlampaui dengan sendirinya. Ia akan melepaskan cengkeramannya. Anda akan terbebaskan dari perbudakannya.
Kuncinya satu : kesunguhan anda, ketulusan anda. Sewaktu mengucapkan terima kasih, anda harus betul-betul "merasa" berterima kasih! Jika anda hanya memakai topeng, kata-kata Atisha ini tidak berguna sama sekali.
hal 224
Lo-jong = "pelepasan diri dari pikiran dan rasa"
Lo = intelejensia, sesuatu yang berada di atas mind dan "rasa", atau gabungan kedua-duanya. Jadi, dua-duanya harus dilampaui. Anda harus terbebaskan dari keduanya.
hal 212
Pagi, begitu bangun tidur, perbaharuilah komitmen anda terhadap Bodhi Chitta, "Sepanjang hari ini aku akan mempertahankan kesadaranku."
Dan apabila malam tiba, lakukan instropeksi diri. Berapa kali anda kehilangan kesadaran. Berapa kali anda bertindak di luar kesadaran. Tidak perlu minta maaf. Mau minta maaf kepada siapa? Yang salah anda, yang akan memikul akibat dari kesalahan itu pun anda. Tidak, tidak perlu minta maaf. Yang dibutuhkan adalah kesadaran. Dan dengan penuh kesadaran, sebelum memasuki alam tidur, ucapkan dalam hati, "kesalahan-kesalahan yang kulakukan sepanjang hari ini tidak akan terulangi lagi."
hal 213
"Kesabaran" setiap saat. Berhasil atau gagal--bersabarlah! Panas atau dingin--bersabarlah! Sedih atau senang--bersabarlah! Apa pun yang terjadi, jangan kehilangan keseimbangan dirimu.
hal 175
Jangan menyakiti hati orang. Anda boleh mengkritik pandangan dan pikiran seseorang, tetapi jangan menyakiti "perasaan"-nya. Dan dengan "perasaan" yang dimaksudkan adalah jiwa anda, psikis anda.
Anda boleh tidak setuju dengan seseorang. Anda boleh menganggapnya gila, tetapi jangan sekali-kali menyakiti hatinya. Jangan menyebarkan yang bukan-bukan tentang seseorang. Menghujat seseorang berarti menyakiti hatinya, menusuk jiwanya, melukai psikisnya. Kalaupun orang itu memaafkan anda, hukum sebab akibat akan membuat anda menuai keburukan yang anda tabur sendiri.
hal 176
Serangan terhadap badan dan pikiran juga merupakan aksi. Dan setiap aksi akan menimbulkan reaksi, tetapi serangan "rasa" akan membawakan malapetaka. Berhati-hatilah, karena rasa merupakan "unsur" yang paling dekat dengan Tuhan, dengan Allah, dengan Widhi, dengan Bapa di Sorga, dengan Buddha, dengan Dharma. Setiap serangan yang anda tujukan kepada "rasa" langsung kena Tuhan. Yang luka bukan hanya orang yang anda hujat. Yang luka adalah Buddha.
hal 168
Yang penting adalah aksi anda, karya anda. Hasil akan datang sendiri. Tidak perlu dipikirkan.
Hindarilah makanan yang beracun, karena apa yang kita makan, membentuk kepribadian kita. Dan yang dimaksudkan dengan makanan bukan sekadar nasi dan lauk-pauk, daging dan lain sebagainya. Setiap indera, setiap organ persepsi membutuhkan makanan.
Indera penglihatan membutuhkan makanan. Dan untuk itu, ia menggunakan salah satu organ persepsi, yang kita sebut "mata". Jangan melihat hal-hal yang beracun. Apa yang anda konsumsi lewat "mata”, dapat mempengaruhi watak anda. Apa yang mereka makan, itu pula yang mereka muntahkan.
hal 169
Mind pun membutuhkan makanan. Pengetahuan umum, siaran berita, bacaan, diskusi--semuanya itu adalah makanan mind. Waspadailah apa yang anda konsumsi! Menganggap diri paling hebat, juga merupakan racun.
Dan tentu saja badan kita membutuhkan makanan. Jangan makan berlebihan. Jangan pula puasa berlebihan. Segala sesuatu yang berlebihan akan meracuni sistem anda.
hal 144
Kekacauan di luar, jangan sampai mengacaukan ketenangan dalam diri anda. Apa pun yang terjadi, anda harus tetap bisa mempertahankan "keceriaan" anda!
hal 145
Ucapkan terima kasih kepada setiap orang yang mencaci-maki anda, menghujat anda, menyebarkan cerita-cerita sumbang tentang diri anda, karena sesungguhnya mereka sedang membantu anda. Hanya dengan bantuan merekalah anda bisa melakukan evaluasi diri. Anda bisa menguji ketenangan dan keceriaan anda.
Pada kesempatan pertama setelah membaca butir pertama ini, apabila ada yang menghujat anda, atau ada yang menyampaikan, "Si Fulan sedang menghujat kamu", ucapkan "terima kasih" kepadanya. Ucapkan terima kasih kepada dia yang menyampaikan berita.
Berhentilah bereaksi. Apabila anda bereaksi, mata rantai aksi-reaksi tidak kan terpuuts. Begitu anda berhenti bereaksi, dengan sendirinya mata rantai aksi-reaksi akan terputus. Anda akan terbebaskan dari"permainan gila" yang tak kunjung habis.
hal 139
Menyaksikan pikiran dan kemudian melampauinya--itulah prinsip aksi yang pertama. Meditasi, no-mind, apapun nama yang anda berikan--inilah prinsip saksi pertama.
Lalu, meditasi pun harus dialmpaui. Menyadari "kesadaran-murni"--itulah prinsip saksi kedua. Prinsip kedua ini memang sulit dijelaskan, bahkan hampir tidak bisa dijelaskan. Dalam bahasa yoga, mereka menyebutnya "Samadhi"--Keseimbangan Sempurna! Suatu keadaan yang dapat dirasakan, tetapi tidak dapat disuarakan.
hal 132
Setiap batu hujatan yang mereka lempar ke arah kekosongan-Abadi, akan kembali kepada mereka lagi. Setiap sebeb membawa akibat. Maafkan mereka, jangan menjadi sebab penderitaan bagi mereka, karena bagaimana pun juga, mengikuti hukum alam, hukum karma, hukum keberadaan, mereka tidak bisa lolos dari akibat eprbuatan mereka sendiri. Itu sebabnya, waspadalah selalu. Pikiranmu, perbuatanmu, ucapanmu, semuanya, harus diwarnai oleh kesadaran.
hal 66
Kembangkan "rasa syukur".
Terima kasih terhadap siapa pun juga. Biasakan diri anda mengucapkan "Terima kasih" dan tiba-tiba hidup anda akan berubah.
Ada yang menghujat anda, ada yang mencaci-maki anda, ada yang mengatakan anda tidak benar--balas dia dengan ucapan "terima Kasih". Selesai sudah masalahnya. Jangan diperpanjang, jangan berdebat.
hal 67
Lagipula setiap kali anda mengucapkan terima kasih sesungguhnya anda melepaskan mind anda. Mind tidak pernah berterima kasih. Mind selalu melakukan perhitungan. "Terima kasih" yang diucapkan oleh mind sekadar basa-basi. Mind hanya mengenal bahasa kalkulator. Mind, pikiran selalu memghitung laba-rugi. Mind tidak pernah bersyukur. "Bersyukur" adalah sebuah rasa. "Berterima asih" adalah sebuah rasa. Setiap kali anda sungguh-sungguh bersyukur dan mengucapkan "terima kasih", sebenarnya anda sudah melepaskan diri dari cengekeraman mind. Anda sudah berhubungan dengan "rasa".
hal 64
Kekasaran, kekakuan jiwa menimbulkan rasa takut. Kelembutan jiwa akan memberikan keberanian.
hal 62
Apabila kejahatan menimpa dunia ini, ubahlah keadaan yang tidak menguntungkan menjadi sarana demi terjadinya peningkatan kesadaran.
"Bodhi" berarti kesadaran. "Bodhi path" berarti "jalan kesadaran". Kesadaran bukanlah sesuatu yang statis. Kesadaran bagaikan jalan. Bergulir trus, mengalir terus, meningkat terus.
hal 61
Atisha adalah seorang "ahli kimia" rohani. Berikan kepadanya "kebencian", dan ia akan mengolahnya menjadi "kasih". Berikan kepadanya "kemunafikan", dan ia akan mengolahnya menjadi "kejujuran", "ketulusan". Ia sungguh luar biasa.
hal 41
Para Yesus, Muhammad, Buddha "menarik" kebencian, kemunafikan, kebodohan, ketidaksadaran, ketidakwarasan. Mereka mengolahnya dalam diri dan mengeluarkan kembali dalam bentuk "kasih, kejujuran, kebijaksaaanan, kesadaran, kewarasan”.
inilah Tong Len.
hal 33
Bila ada yang membuat anda marah, tarik amarahnya bersama napas. Kemudian keluarkan getaran-getaran ketenangan. Di mana ada kebencian, tariklah kebencian ke dalam diri. Keluarkan kasih-sayang, dimana ada kecurangan, tariklah kecurangan itu. Dan keluarkan kesetiaan, kejujuran.
notes terkait :
Mengubah hal Negatif menjadi Positif (terjemahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar