Saya melihat, spiritualitas adalah hal menjadi diri sendiri saja, dan ada hak-hak dasar milik kita yg tidak bisa dilecehkan dengan alasan apapun. Hak mendasar itulah yg namanya HAM. Hak Asasi. Hak Dasar. Hak yg mutlak harus ada. Tanpa ada HAM, maka spiritualitas manusia akan kembali lagi ke era ribuan tahun lalu, masa nenek moyang kita. Di masa itu cuma dikenal adanya tuan dan budak. Ada spiritualitas tuan, dan ada spiritualitas budak. Tetapi itu masa lalu. Beda. Di masa sekarang, semuanya tuan dan nyonya. Tidak ada lagi budak.
Saya tunjukkan bahwa semua agama dan kepercayaan berisikan simbol-simbol belaka. Simbol berbentuk visual, dan kalau sudah diuraikan dengan kata-kata namanya konsep. Ada simbol Allah, simbol Yesus, simbol Buddha, simbol Siwa, simbol Semar. Bentuknya visual, supaya mereka yg mengerti bisa langsung tahu, tanpa perlu memakai kata-kata. Kalau sudah pakai kata-kata, jadinya runyam. So, untuk mereka yg masih suka pakai simbol, pakai saja. Enjoy saja. Tidak ada yg salah dengan simbol-simbol itu. Yg salah adalah apabila orang berusaha memaksakan konsepnya untuk diterima oleh orang lain.
Simbol-simbol keagamaan itu hidup, dan hidupnya di dalam kesadaran manusia yg mempercayainya. Bukan ada di luar sana, atau di atas awang-awang, atau di dunia lain. Tidak begitu. Simbol selalu hidup di dalam kesadaran atau pikiran manusianya. Disini dan saat ini. Kalau dipercaya, simbol itu hidup. Kalau sudah tidak dipercaya, mati. Simbol datang dan pergi. Hidup dan mati. Tetapi umat manusia berjalan terus. Generasi demi generasi lahir dan hidup di bumi. Menggunakan simbol-simbol itu yg datang dan pergi. Simbol keagamaan datang dan pergi, tetapi umat manusia tetap.
Yg berharga adalah manusianya, dan bukan simbolnya. Simbol bisa bekerja bila ada manusia. Tanpa ada manusianya, simbol itu mati. Banyak simbol-simbol keagamaan dari masa lalu yg sekarang sudah mati. Mati karena tidak ada lagi manusia yg mempercayainya. Kalau ada yg mau mempercayainya sekarang, simbol itu bisa hidup lagi. Hidup di dalam kesadaran manusianya. Yg hidup itu manusianya, dan bukan simbolnya.
Salah kaprah tentang Tuhan sudah menjadi-jadi di Indonesia, seolah-olah benar ada Tuhan yg menurunkan agama-agama. Yg benar, ada orang yg bilang ada Tuhan yg menurunkan agama-agama. Apakah benar Tuhan menurunkan agama adalah soal lain. Yg kita cuma bisa tahu pasti adalah semua agama diciptakan oleh manusia. Alasannya macam-macam. Ada yg mengaku didatangi oleh malaikat, ada yg mengaku memperoleh pencerahan, ada yg mengaku didatangi oleh Dewa Dewi. Apapun alasannya, yg kita bisa lihat cuma si manusia itu saja. Anda juga bisa seperti itu, kalau mau. Saya tidak mau.
Konten dari agama tentu saja berbeda-beda, tergantung masa pembuatannya. Yg penting kita tahu, bahwa semuanya dibuat. Dan konten itu pun tidak selamanya sama, berubah juga. Apa yg menjadi konten dari agama tertentu 100 tahun lalu, sekarang cuma merupakan catatan sejarah. Konten agamanya sudah berubah, walaupun nama agamanya tetap. Kristen Protestan seperti itu. Sudah berubah total selama 100 tahun terakhir. Katolik masih fifty-fifty, walaupun kita sudah bisa melihat bahwa Katolik juga sudah berubah total. Tidak secepat Protestan yg umumnya lebih liberal karena tidak terikat oleh tradisi. Tetapi yg bisa mengerti hanya para spesialis atau orang yg mendalami sejarah agama. Kalau tidak mengerti, jadinya seperti anak TK yg kalau ditanya agama buatan siapa. Jawabnya: buatan Tuhan. Oh (seperti Pelangi, ciptaan Tuhan)
Setan juga termasuk konten dari agama; Setan harus ada kalau anda pakai istilah Tuhan, Setan itu counterpart dari Tuhan, tanpa ada Setan, anda tidak bisa bicara tentang Tuhan. Solusi dari saya adalah berbagi pengalaman spiritual pribadi. Anda bisa memiliki latar belakang apapun, dan anda bisa memiliki pengalaman spiritual. Pengalaman spiritual anda selalu mengikuti alam pemikiran anda. Agama itu hidup di alam pemikiran anda. Konsep abstrak yg ditanamkan di dalam pikiran anda. Kalau anda masih percaya, maka pengalaman spiritual anda akan mengikuti program agama. Kalau anda tidak percaya, maka pengalaman spiritual anda akan berbeda. Yg penting adalah pengalaman spiritual anda, yg akan membawa anda semakin lama menjadi semakin utuh. Semakin dewasa secara spiritual. Anda penting karena anda makhluk hidup. Anda manusia, agama bukan.
Saya melihat, spiritualitas adalah hal menjadi diri sendiri saja, dan ada hak-hak dasar milik kita yg tidak bisa dilecehkan dengan alasan apapun. Hak mendasar itulah yg namanya HAM. Hak Asasi. Hak Dasar. Hak yg mutlak harus ada. Tanpa ada HAM, maka spiritualitas manusia akan kembali lagi ke era ribuan tahun lalu, masa nenek moyang kita. Di masa itu cuma dikenal adanya tuan dan budak. Ada spiritualitas tuan, dan ada spiritualitas budak. Tetapi itu masa lalu. Beda. Di masa sekarang, semuanya tuan dan nyonya. Tidak ada lagi budak.
Saya tunjukkan bahwa semua agama dan kepercayaan berisikan simbol-simbol belaka. Simbol berbentuk visual, dan kalau sudah diuraikan dengan kata-kata namanya konsep. Ada simbol Allah, simbol Yesus, simbol Buddha, simbol Siwa, simbol Semar. Bentuknya visual, supaya mereka yg mengerti bisa langsung tahu, tanpa perlu memakai kata-kata. Kalau sudah pakai kata-kata, jadinya runyam. So, untuk mereka yg masih suka pakai simbol, pakai saja. Enjoy saja. Tidak ada yg salah dengan simbol-simbol itu. Yg salah adalah apabila orang berusaha memaksakan konsepnya untuk diterima oleh orang lain.
Simbol-simbol keagamaan itu hidup, dan hidupnya di dalam kesadaran manusia yg mempercayainya. Bukan ada di luar sana, atau di atas awang-awang, atau di dunia lain. Tidak begitu. Simbol selalu hidup di dalam kesadaran atau pikiran manusianya. Disini dan saat ini. Kalau dipercaya, simbol itu hidup. Kalau sudah tidak dipercaya, mati. Simbol datang dan pergi. Hidup dan mati. Tetapi umat manusia berjalan terus. Generasi demi generasi lahir dan hidup di bumi. Menggunakan simbol-simbol itu yg datang dan pergi. Simbol keagamaan datang dan pergi, tetapi umat manusia tetap.
Yg berharga adalah manusianya, dan bukan simbolnya. Simbol bisa bekerja bila ada manusia. Tanpa ada manusianya, simbol itu mati. Banyak simbol-simbol keagamaan dari masa lalu yg sekarang sudah mati. Mati karena tidak ada lagi manusia yg mempercayainya. Kalau ada yg mau mempercayainya sekarang, simbol itu bisa hidup lagi. Hidup di dalam kesadaran manusianya. Yg hidup itu manusianya, dan bukan simbolnya.
Salah kaprah tentang Tuhan sudah menjadi-jadi di Indonesia, seolah-olah benar ada Tuhan yg menurunkan agama-agama. Yg benar, ada orang yg bilang ada Tuhan yg menurunkan agama-agama. Apakah benar Tuhan menurunkan agama adalah soal lain. Yg kita cuma bisa tahu pasti adalah semua agama diciptakan oleh manusia. Alasannya macam-macam. Ada yg mengaku didatangi oleh malaikat, ada yg mengaku memperoleh pencerahan, ada yg mengaku didatangi oleh Dewa Dewi. Apapun alasannya, yg kita bisa lihat cuma si manusia itu saja. Anda juga bisa seperti itu, kalau mau. Saya tidak mau.
Konten dari agama tentu saja berbeda-beda, tergantung masa pembuatannya. Yg penting kita tahu, bahwa semuanya dibuat. Dan konten itu pun tidak selamanya sama, berubah juga. Apa yg menjadi konten dari agama tertentu 100 tahun lalu, sekarang cuma merupakan catatan sejarah. Konten agamanya sudah berubah, walaupun nama agamanya tetap. Kristen Protestan seperti itu. Sudah berubah total selama 100 tahun terakhir. Katolik masih fifty-fifty, walaupun kita sudah bisa melihat bahwa Katolik juga sudah berubah total. Tidak secepat Protestan yg umumnya lebih liberal karena tidak terikat oleh tradisi. Tetapi yg bisa mengerti hanya para spesialis atau orang yg mendalami sejarah agama. Kalau tidak mengerti, jadinya seperti anak TK yg kalau ditanya agama buatan siapa. Jawabnya: buatan Tuhan. Oh (seperti Pelangi, ciptaan Tuhan)
Setan juga termasuk konten dari agama; Setan harus ada kalau anda pakai istilah Tuhan, Setan itu counterpart dari Tuhan, tanpa ada Setan, anda tidak bisa bicara tentang Tuhan. Solusi dari saya adalah berbagi pengalaman spiritual pribadi. Anda bisa memiliki latar belakang apapun, dan anda bisa memiliki pengalaman spiritual. Pengalaman spiritual anda selalu mengikuti alam pemikiran anda. Agama itu hidup di alam pemikiran anda. Konsep abstrak yg ditanamkan di dalam pikiran anda. Kalau anda masih percaya, maka pengalaman spiritual anda akan mengikuti program agama. Kalau anda tidak percaya, maka pengalaman spiritual anda akan berbeda. Yg penting adalah pengalaman spiritual anda, yg akan membawa anda semakin lama menjadi semakin utuh. Semakin dewasa secara spiritual. Anda penting karena anda makhluk hidup. Anda manusia, agama bukan.
Leonardo Rimba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar