29 Feb 2012

Laci Terbuka Dan Tertutup Dengan Sendirinya Lalu Uangpun Hilang.

Berikut obrolan dengan seorang teman di FB yang telah disempurnakan agar lebih dapat dimengerti.



TDA : Kenapa saya lebih condong yang ada dalam hatinya sendiri... kalau saya bahasakan Nur.. kita memiliki Nur yg sama.. itu pendapat saya.. anda setuju dengan itu ??





Aku : Hati itu menunjuk ke dada. Artinya perasaan itu ada di situ. Rasa...

Perasaan yang timbul karena turunan dari fikiran. Fikiran yang memikirkan tentang konsep Tuhan.

Nur, Ruh, Urip, kesadaran sejati, atau apapun namanya adalah konsep untuk menggambarkan rasa yang ada di dada. Rasa yang timbul dari akibat yang difikirkan. Sementara sesuatu yang difikirkan itu sendiri tidak pernah dapat didefinisikan dengan tepat.



Apapun itu namanya semua itu hanya konsep dari fikiran. Tapi konsep itu sendiri ternyata menjebak kita dalam dualitas. Keberpisahan kita dengan SESUATU itu sendiri.



Sesuatu yang oleh orang kebanyakan (awam) disebut Tuhan, ternyata terdiri dari berbagai macam versi. Sesuai dengan kebudayaan asal dimana teori tersebut muncul.



Aku sendiri malah sangat sependapat dengan konsep yang dikembangkan syekh Siti Jenar. Bahwa Tuhan, manusia, dan semesta adalah satu kesatuan tunggal.



Maka bagiku, tidak ada pencipta dan tidak ada ciptaan. Semuanya mengalir alamiah, seimbang dan kausalitas. Seperti apa yang digambarkan oleh Darwin dengan teori evolusinya.



TDA : Hahahaha...Syeh Siti Jenar....Nabi Khidir... Gus Dur ?? Sepertinya kita pada muara yg sama... mungkin..



Aku : Bagaimana bisa sampean mengatakan kita mempunyai muara yang sama? Coba berikan alasannya. hmm (diskusi yang menarik).



TDA : Untuk menuju laut begitu banyak aliran sungai... Kita mungkin belum tentu di sungai yang sama tetapi kemungkinan kita akan bertemu di muara yg sama.. Anda punya perumpamaan lain ??



Aku : Yap.. mengenai ini saya sependapat. Selama kita tetap menganggap bahwa aliran sungai itu bukanlah tujuan akhir, maka kita akan sampai di muara yang sama. Pencarian adalah naluri. Setiap manusia mempunyai naluri pencarian yang memang mengalir dari kesadaran si manusia itu sendiri. Dan setiap kesadaran-kesadaran manusia adalah merupakan bagian dari kesadaran tinggi semesta yang berproses. Hal ini dalam Kristen digambarkan sebagai domba-domba yang mesti digiring pulang.



TDA : Kalau sudah seperti ini... anda kebal santet dong... ( intermezo..)





Aku : Hahaha...??

Anda percaya santet..??



TDA : Apa definisi anda tentang santet ??



Sampai disini obrolan ku hentikan. Karena dibanyak catatan pengalaman ku, sudah banyak kujelaskan tentang santet. Beberapa hari kemudian obrolan berlanjut lagi.



TDA : Malam bang..!!



Aku : Malam..!!



TDA : Konsul boleh bang ?



Aku : Mengenai apatuh..?? Boleh aja...



TDA : Bagaimana cara usir jin pencuri uang bang ?



Aku : Boleh tau bagaimana ceritanya..??



TDA : Seorang temen yang mempunyai bengkel, sering kali kehilangan uang, kurun waktu sudah 6 bulanan. Terakhir kita boikot dengan tanpa menyimpan uang sepeserpun di rumah. Dan yang terjadi adalah.. laci membuka dan menutup sendiri. Benda-benda bergerak sendiri. Yang terbaru yang kita lakukan adalah kita paku selembar uang di 6 titik dan paku dibengkokkan untuk mempersulit uang dicuri. Tetapi yang terjadi, itu paku dilurusin dulu terus uangnya diambil bang. Bandel bener.



Aku : Waktu laci terbuka dan tertutup dengan sendirinya apakah anda melihatnya dengan mata kepala anda sendiri?



TDA : Ini cerita temen saya itu bang.



Aku : Hmm.. Beginilah dia kalau sekedar cerita dari mulut tanpa ada bukti otentik. Sulit juga untuk di percaya, kecuali kalau memang kita liat dengan mata kepala kita sendiri.



TDA : Tetapi ini temen deket saya sendiri bang. Susah untuk tidak percaya, saya pikir dia jujur bang.



Aku : Aku nggak bilang dia bohong. Tetapi cerita yang disampaikan dari mulut tanpa kita lihat dengan mata kepala kita sendiri tentu saja sangat diragukan.



TDA : Mungkin ada kali 5 orang yg mencoba hentikan itu. Tapi masih saja terjadi.



Aku : Ntar dulu. Jangan dulu membahas tentang 5 orang yang sudah berusaha menghentikan itu. Jangan dulu ganti topik. Tetapi yang kita bahas adalah kebenaran cerita apa yang akan dihentikan itu. Bagaimana mungkin kita bisa menghentikan sesuatu yang diragukan kebenarannya..??



TDA : Sebentar bang! Karena yg 5 orang itu salah satunya adalah saya



Aku : Oke lah.. Katakanlah bahwa salah satu yang menangani itu adalah anda. Tetapi topik pembicaraan kita yang pertama bukanlah membahas yang 5 orang itu. Aku masih membahas kebenaran cerita tentang jin yang mencuri uang. Sebagai orang yang dipercayai untuk memusnahkan gangguan-gangguan gaib, sudah seharusnya kita bisa melihat permasalahan dari segala sudut, dan mengambil kesimpulan yang terbaik. Jangan larut dalam emosi klien dalam menyampaikan cerita tentang permasalahan nya pada kita. Dan tetap menjaga emosi kita selalu dapat tenang dan berfikir objektif. Tidak bisa begitu saja kita mempercayai hal-hal gaib tentang permasalahan klien dari definisi sang klien yang tentu saja melibatkan emosinya.



TDA : Setuju!! Begini bang... saya pernah coba tangkap itu jin, saya masukin botol (kaya’ film ya bang..) dan itu memang ada. Manggilnya gampang. Tinggal geletakin, dia pasti datang. Tapi maksimal 1 minggu dia sudah bisa operassi lagi.. setelah diliat itu botol sudah kosong.



Aku : Untuk hal itu aku setuju. Jin adalah energi magnetik yang tidak memerlukan materi sebagai penghantar, dan dapat dipekatkan kemudian di masukkan ke dalam botol. Oke..!! Tetapi ada sedikit perbedaan persepsi mengenai jin. Menurut ku, jin bukanlah makhluk.



TDA : Terus bagamana menurut abang sebaiknya?



Aku : Ada baiknya kita menyilidiki secara fisik dengan mencari bukti-bukti fisik yang mencuri uang. Kemudian mengambil analisa secara logis untuk kesimpulan. Jadi jangan dulu percaya bahwa hal ini adalah kerjaan jin.



TDA : Sama sekali saya tak pernah menyalahkan bangsa jin.. saya hanya menyesali yang memanfaatkannya..



Aku : Bukan begitu maksud ku. Begini.. jujur saja dalam hal ini kita berbeda teori atau definisi mengenai jin. Menyebabkan penanganannya juga berbeda. Aku sama sekali tidak pernah mempercayai bahwa jin mencuri uang dengan merusak benda-brenda fisik lainnya. Bagiku itu jelas-jelas kerjaannya manusia. Andai jin yang ada dalam konsep anda berfikir ingin mencuri uang, maka kerjaan jin tentu saja berbeda dengan kerjaan manusia. Uang akan diubah menjadi energi, kemudian dipindahkan ke tempat lain, lalu dikembalika kebentuk materi seperti semula. Dan benda fisik lainnya sama sekali tidak berubah keadaannya.



TDA : Setuju.. tapi bagaimana dengan ngipri?



Aku: Ngipri bagaimana..?? Bisa di jelaskan dengan lebih spesifik..??



TDA: Iya.. bagaimana dengan orang yang ngipri...tuyul, monyet..babi ngepet... bukankah itu metoda pemenfaatan jin ?



Aku : Hal ini juga kita berbeda teori. Bagi ku hal-hal seperti itu hanyalah memanfaatkan system kepercayaan si klien. System kepercayaan adalah keyakinan yang tertanam di bawah sadar. Itu adalah kekuatan luar biasa yang dapat menarik hukum LOA. Menurutku tidak ada jin yang bermain-main disitu dan dimanfaatkan si manusia. Kecuali hanyalah energi berfrekwensi tertentu yang membantu menambah power dari LOA sang klien.



TDA : Terus?



Aku : Ini adalah murni kekuatan keyakinan bawah sadar orang yang mempercayai keberadaan dan kerja sama dengan jin tersebut, dan kekuatan ini semakin berpower ketika berkolaborasi dengan energi berfrekwensi tertentu yang disangka jin untuk ngipri tersebut.



TDA : Lalu apakah anda mau bilang bahwa karena temen saya mempercayai itu.. kejadian jadi terus terulang?



Aku : Lo.. kita kan sedang berdiskusi mengenai ngipri. Tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi dengan teman anda itu. Mengenai teman anda, saya kan sudah bilang. Itu jelas-jelas perbuatan manusia. Jadi bukan berarti karena teman anda mempercayai segala macam jin, kemudian hal itu terjadi. Tidak juga begitu.



TDA : Lalu ?



Aku : Mengenai teman anda yang punya bengkel itu, andaikan kan itu memang benar perbuatan jin seperti dalam logika anda berfikir, maka tidak perlu merusak benda fisik lainnya seperti paku, atau laci meja yang dibuka tutup. Alasannya sudah saya bilang di atas tadi kan?? Nggak ada gunanya buat si jin. Tapi ini jelas-jelas rekayasa manusia yang mengatas namakan “jin” dalam tanda kutip, untuk menutupi perbuatannya.



TDA : Setuju.. Sebenarnya pemikiran seperti anda sudah ada di otak saya..



Aku : Jadi kalau kita sudah tau duduk permsalahan yang sebenarnya, tidak perlu sampai menggunakan 5 orang paranormal kan?? Cukup kita sendiri saja. Tidak perlu jampe-jampe ataupun cerita sahibul hikayat lainnya, yang memihak system kepercayaan klien untuk menaikkan pamor kita sebagai dukun. Menjadi diri kita apa adanya itu lebih baik dari pada pura-pura tau tetapi ternyata tidak tau apa-apa.



TDA : Tapi.. buka terbuka dan tertutupnya laci dengan sendirinya terlihat oleh banyak mata, sempat jadi tontonan, meski bukan termasuk saya.



Aku : Yang punya beberapa pasang mata sebagai saksi tersebut ada berapa orang yang bilang?



TDA : Begini.. namanya bengkel bang, tiap hari pasti rame. Ada 4 orang anak buah di situ. Tak ada seorangpun yang bisa membuktikan bahwa ada orang yang masuk rumah dan mengambil uang itu.



Aku : Tetapi bukan pula berarti jin yang ambil kan, karena tidak seorang pun yang dapat membuktikan bahwa jin yang mengambil. Berarti tersangka adalah 1 di antara 4 orang itu kan?



TDA : Ketika terjadi laci buka tutup dengan sendirinya, spontan mereka 4 orang berlari melihat. Tak seorangpun dari mereka yang membuat laci bergerak.



Aku : Dan siapa dari keempatnya memang benar-benar melihat dengan mata kepala mereka sendiri, tertutup dan terbukanya laci?



TDA : Tak seorangpun. Mereka hanya mendengar suara seperti suara laci yang tebuka dan tertutup.



Aku : Lalu..?? Bagaimana bisa mereka bilang bahwa laci itu benar-benar terbuka dan tertutup dengan sendirinya?



Begini mas Trisno, pekerjaan seperti kita ini adalah unik, sangat unik. Karena profesi kita berhubungan dengan "gaib" dengan tanda kutip. Tetapi bukan pula berarti gaib yang diceritakan dan dipercaya oleh orang banyak adalah gaib yang sebenarnya. Kita juga perlu menggunakan akal kita, fikiran kita sebab kita adalah "orang pintar" juga dengan tanda kutip. Artinya kita yang lebih mengerti tentang gaib dari pada orang awam lainnya. Dan kitalah yang seharusnya menggiring sudut permikiran orang awam ke hal-hal yang empiris.



Dan gaib yang ada dalam cara berfikir kita yang sesuai dengan pengalaman kita selama jadi dukun itu lah yang dipakai. Bukan malah justru terbawa emosi klien demi uang atau promosi diri sebagai orang pintar. Selama kita masih menggunakan definisi gaib orang awam mengenai hal-hal gaib, kita tidak pernah bisa jadi orang pintar. La... orang awam kan nggak ngerti gaib, bukan berarti pula kita meremehkan mereka



TDA : Sungguh.. saya selalu meremehkan ketika mereka bercerita hal-hal seperti ini kalau saya menampik apa yang mereka alami. Saya sama sekali tak tertarik tentang hal-hal seperti ini. Tapi ketika seorang temen sudah putus asa, sepertinya emosi saya ikut terhanyut.



Aku : Terangkanlah pada mereka dengan bahasa kita yang bisa dimengerti oleh mereka. Kalau saya berbicara sama anda tentu saja berbeda bahasa yang saya pakai. Karena saya dan anda sama-sama sudah memahami.



TDA : Saya kira saya sependapat...





INDI SUJAWE

Praktisi Spiritual dan Shamanistic.

1 komentar: