Sinap-sinap saraf dalam otak manusia mengantar muatan informasi dari satu sel ke sel yang lain. Jika kita membombardirnya dengan muatan informasi yang melemahkan jiwa manusia, informasi itu pula yang diteruskannya dari sel ke sel bahkan dari orang tua ke anaknya. Sebaliknya, jika membombardirnya dengan muatan informasi yang memberdayakan jiwa, informasi itu pula yang diteruskannya.
Lalu, jika secara tidak sengaja karena ketidak tahuan, ketidaksadaran, dan kebodohan di masa lalu kita sudah terlanjur membombardirnya dengan muatan informasi yang tidak baik, masih adakah kesempatan untuk memperbaikinya? Tentu saja masih ada.
Tinggal dibombardir lagi dengan informasi yang kita hendaki berupa informasi yang dianggap baik.
Masalahnya hanya satu. Jika kita sudah sejak lama atau secara turun temurun memiliki sinap-sinap dengan kandungan muatan yang tidak baik maka untuk memperbaikinya dibutuhkan waktu yang cukup lama pula. Ada kalanya dibutuhkan beberapa generasi untuk menghilangkan permusuhan antara dua kelompok atau dua bangsa yang berseteru.
Sesungguhnya kita semua, tanpa kecuali sadar atau tidak, tengah memetik buah dari masa lalu. DNA yang merancang hidup kita saat ini sudah memiliki muatan informasi yang diperoleh dari gen orangtua kita. Kemudian ditambah dengan apa saja yang kita peroleh dari pengalaman-pengalaman dalam hidup ini sejak usia kanak-kanak atau bahkan sebelumnya.
Sedangkan muatan-muatan yang relatif baru adalah muatan-muatan yang tengah dirancang saat ini. Program-program atau rancangan-rancangan baru ini tidak hanya mempengaruhi kita sendiri tetapi kelak akan menentukan sifat genetik anak cucu kita. Mereka akan memperolehnya sebagai warisan sebagaimana kita pun memperolehnya sebagai warisan dari orang tua.
Demikian lingkaran genetika ini tak terputuskan kecuali ada upaya sungguh-sungguh yang intensif untuk memutuskannya dan mengubahnya atau bahkan membentuk lingkaran baru.
Pertanyaan yang sering muncul ialah muatan informasi apa saja yang dapat diubah?
Jawabannya adalah semuanya, karena yang tidak baik dapat diubah menjadi baik dan yang baik bisa diubah menjadi tidak baik. Semuanya tergantung pada keinginan dan kesadaran diri kita. Dan tentunya tergantung pada cara kita membombardir dengan informasi baru.
Proses pemborbardiran dilakukan dengan cara 'pengulangan yang intensif dan terus-menerus' atau repetitive and intensive. Cara ini pula yang digunakan oleh para ahli periklanan. Mereka membombardir otak kita dengan berbagai macam informasi tentang apa saja yang diiklankan.
Televisi adalah pembombardir supercanggih. Tak henti-hentinya sepanjang hari dan setiap beberapa menit sekali, televisi mengiklankan sekian banyak produk. Dengan cara itu mereka dapat mempengaruhi otak kita dan 'memaksa' untuk membeli sesuatu yang sesungguhnya tidak dibutuhkan.
Pernahkah menyaksikan iklan tentang peralatan kesehatan dan sebagainya yang biasa mengulangi kalimat-kalimat yang sama hingga puluhan kali dalam beberapa menit? Terasa bodoh, tetapi sebenarnya tidak. Mereka pintar bahkan licik. Mereka tahu persis bahwa dengan cara itulah mereka dapat mempengaruhi otak kita dan menanam informasi tentang produk mereka.
Membombardir, pengulangan yang intensif secara terus-menerus, adalah cara yang sama, ilmu yang sama, metode yang sama yang dapat diterapkan untuk merusak maupun memperbaiki mental kita. Pilihan berada di tangan kita. Jika kita melakukannya sendiri, maka pasti demi kebaikan diri kita sendiri. Jika kita membiarkan orang lain atau pihak lain melakukannya, maka itu adalah demi kepentingan mereka.
(Neospirituality & Neuroscience, Anand Krishna dan Dr. Bambang Setiawan, Gramedia, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar