15 Jan 2012

Laporan Sarasehan Menuju Spiritualitas Universal

by Leonardo Rimba on Sunday, January 15, 2012 at 2:36pm


Atas nama Komunitas Spiritual Indonesia, perkenankanlah saya menghaturkan terima-kasih atas partisipasi banyak teman dalam acara Sarasehan Menuju Spiritualitas Universal, Jakarta, Sabtu, 14 Januari 2012. Sekitar 150 orang dari kita yg berasal dari banyak kota berkumpul di acara ini, yg berlangsung sejak siang hari sampai pukul 12 malam.



Terimakasih kepada tuan rumah kita, Mas Taufik Razen, pemilik ICO (Indonesian Cultural Observatory), di tempat mana kita telah melakukan dua kali sarasehan terakhir di Jakarta. Terimakasih kepada Penerbit Dolphin dan para donatur. Terimakasih kepada para pembicara, moderator, MC, dan seluruh panitia. Kita kerjanya keroyokan. Gotong royong. Hulupis kuntul baris. Kuntul not kontol, mind you.



Acara dibuka jam 2:30 sore pas dengan lagu Indonesia Raya. Kita semua berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya diiringi oleh musik rekaman. Saya berdiri di paling depan, membelakangi panggung dan menghadap teman-teman di dalam ruangan. Tiba-tiba saya merasa memperoleh penglihatan bendera merah putih berkibar di belakang saya. Saya diam saja, karena saya tahu itu jin. Pagi ini saya membuka facebook dan melihat foto-foto acara sarasehan kemarin, dan ternyata di belakang saya ada personil yg membawa bendera merah putih dan mengibar-ngibarkannya ketika kita menyanyikan lagu Indonesia Raya. Subhanalloh, sesuatu banget.



Lalu tampillah Pakcik Irman Syah, dedengkot Seniman Senen, membawakan seruling Minang dan sajak-sajak dengan bahasa tidak jelas, tapi bisa kita ketahui maknanya dengan menggunakan Mata Ketiga.



The tema of kontol was the first thing that was brought at this time, yaitu oleh Hartoyo, aktivis LSM Our Voice yg bergerak di bidang kesetaraan gender dan orientasi seksual. Moderatornya psikolog Vivi D. Noviyanti yg, herannya tidak bilang itu kelakuan homo abnormal. Mbak Vivi kelihatannya tidak kaget. Rupanya sudah biasa. MC kita Misdawati T. Alie juga tidak tampak schock berat. Semua peserta merasa biasa-biasa saja sehingga Hartoyo jadi salah tingkah sendiri. Dia belum tahu saja bahwa ada beberapa moderator dan members kita yg homoses, lesbian dan bisex. Menurut kita biasa-biasa saja. Urusan pribadi masing-masing.



Dan, bahkan, menurut Ki Ananda, yg datang untuk pertama-kalinya, merupakan suatu pencapaian tersendiri ketika seorang homo bisa menerima keadaan dirinya dan bersyukur. Itu spiritualitas juga. Subhanalloh lagi.



Kita coffee break sebentar setelah ini, dan para dukun in-house ternyata sudah langsung praktek. Harusnya praktek di workshops, yaitu di urutan acara terakhir, tetapi karena kita informal, mereka yg mau konsultasi, dan mereka yg memberikan konsultasi langsung nempel. Lengket seperti jarum suntuk ketemu pantat, cosss. Ada master Fengshui Gunadi Widjaja, ada healer Rudi Cool, ada foto aura, macam-macam. Semuanya langsung menggelar dagangan yg tentu saja umumnya gratis. Penyembuhan semuanya gratis di acara sarasehan. Yg bayar, dengan harga very discount cuma foto aura dan buku-buku keluaran Penerbit Dolphin, dua buku mana di-launch sekaligus di acara kali ini, yaitu Novel Shangri-La (Rahasia Sihir dan Angka 13) oleh Ken Budha, dan buku Pelangiku Warna Ungu (Sejuta Agama Satu Tuhannya) oleh Leonardo Rimba. Moderatornya master kundalini Rini Candra. Subhanalloh lagi.



Banyak panitia datang dari luar kota, walaupun acaranya diadakan di Jakarta. Ada panitia yg datang dari Yogyakarta dan Surabaya. Lulie Mira yg bertugas di Surabaya, kembali lagi bertugas di Jakarta hari ini. Begitu pula Abang Sihar dari Yogyakarta yg selalu pegang tugas pembersihan ruangan sarasehan menggunakan kekuatan gaib. Disapu secara astral whosss whosss whosss...



Ayu Laksmi dari Bali tampil berikutnya, membawakan lagu-lagu berbahasa Jawa Kuno, bahasa Latin, bahasa Indonesia, dan bahkan bahasa Sansekerta. Om mani padme hum.. Om mani padme hum.. Om mani padme hum..



Om dewa dewi... Om dewa dewi... Om dewa dewi...: begitu lantun lagu dari Kakawin Arjuna Wiwaha yg dibawakan oleh Ayu Laksmi. Dari telapak tangannya keluar energi elemen api. Perempuan-perempuan api. Kekuatan komunitas kita adalah para perempuanya. Wanita-wanita yg bisa membakar segala macam sisa-sisa kedegilan masa lalu, kotak-kotak, sehingga yg tersisa hanyalah yg bulat.



Bulat.. bulat.. Subhanalloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar