21 Nov 2011

Begitu Belanda Hengkang, the Indie Jadi Kubanganz

by Leonardo Rimba on Sunday, November 20, 2011 at 9:11pm

Sudah setengah tahun ini kata "Darwin" selalu terngiang-ngiang di dalam kepala saya, setiap hari tanpa absen, dan itu baru terjawab ketika muncul berita AS akan membuat pangkalan militer di Darwin. Itu teguran halus kepada Indonesia untuk mulai menjadi bangsa beradab. Yg jelas, dengan adanya AS di Darwin, tidak bakal lagi ada kerusuhan Ambon yg didalangi militer Indonesia. Mungkin masih akan ada yg coba-coba menteror orang Papua. Mungkin masih akan ada lagi yg coba-coba menteror orang Ahmadiyah dan orang Kristen. Kita tinggal tunggu saja oknumnya diciduk langsung dan dibawa ke Darwin.



Amerika tidak memperbudak orang. Dengan orang AS, anda dianggap manusia. Dengan pemerintah NKRI, anda dianggap budak.



Jadi, selama setengah tahun ini saya seperti merasa ditarik-tarik ke Darwin. Pedahal saya belum pernah ke Darwin. Rasanya seperti saya harus kesana. Saya jadi membayangkan punya rumah di Darwin yg menghadap ke Laut Timor. Ternyata.. ternyata.. So, kalau tidak mau ada wilayah NKRI yg lepas, mulailah menjadi bangsa yg beradab. Hak Asasi Manusia tidak boleh diinjak-injak. Orang Papua itu manusia juga. Orang Ahmadiyah manusia juga. Orang Kristen manusia juga.



Yg dipilih oleh AS untuk menjadi partner menjaga keamanan kawasan Asia Pacific adalah Australia karena, walaupun cuma berpenduduk 22 juta orang, atau kurang dari 1/10 penduduk Indonesia, Australia adalah negara beradab. Otaknya jalan. Indonesia, walaupun bertetangga langsung dengan Australia justru kebalikannya. Kalau Australia pakai otak, Indonesia tidak pakai otak. Kalau tingkat kegilaan penduduk Australia terendah di satu dunia, tingkat kegilaan penduduk Indonesia tertinggi satu dunia. Kalau Australia sangat informal dan sederhana, Indonesia sangat gila hormat. Indonesia ini kebalikan dari Australia. Dan AS memilih berpartner dengan Australia.



So, ini kesempatan untuk Indonesia memperbaiki diri. Jangan pikir orang lain tidak tahu kalau Indonesia ini negara yg dipimpin oleh para bangsat. Semuanya sudah tahu. Kalau the kebangsatan tidak diperbaiki, saya setuju untuk dipecah saja ini negara. Indonesia Timur, terutama Papua dan Maluku Selatan, lebih baik bergabung dengan Australia. Sulawesi Utara juga. Kita akan langsung menjadi anggota masyarakat maju dan beradab. Biarkan saja mereka yg di Jawa meneruskan delusi mereka. Biarkan saja pelecehan HAM dan korupsi berlangsung terus. Sampai kapok dan tobat sendiri.



AS sangat pancasilais. Saya pernah tinggal di AS, saya lihat sendiri disana ternyata benar-benar mengamalkan Pancasila, walaupun tidak disebut dengan istilah itu. Dibandingkan masyarakat AS, masyarakat Indonesia ini bangsat lahir batin. Anti Pancasila.



Anda lihat Barack Obama, sikapnya, cara jalannya, cara bicaranya. Itu tulus, apa adanya saja, tanpa kepura-puraan. Berbeda sekali dengan pemimpin anda the kebo.



So, Indonesia ini negara yg dipimpin oleh para bangsat. AS tahu itu. Australia tahu. Singapura dan Malaysia juga tahu. Jangan anda pikir kita bisa tutup. Tidak bisa. - Jangan anda pikir pelecehan HAM di Indonesia tidak diketahui umum. Semua tahu. Jangan anda pikir fakta bahwa orang Indon tidak punya otak tidak ada yg tahu. Semua orang tahu. Dan semua orang mau membantu. Sudah dikasih tahu caranya, yaitu pisahkan agama dari negara. Negara jangan urusin agama orang. Dan orang-orang agama semuanya musti masuk kandang masing-masing. Itu tahap pertama menuju masyarakat beradab.



Kalau masih mau main agama seperti Iran, maka tinggal tunggu saja. Saya lihat target berikutnya: Iran.



AS itu kebalikan dari Indonesia. Pria AS akan mencium pipi perempuan, dan bukan pipi lelaki. - Saya lihat Barack Obama mencium pipi kiri dan kanan Julia Gillard, PM Australia, sesaat sebelum naik ke pesawat Air Force 1. Itu cara orang beradab. Laki-laki ciuman dengan perempuan. Bukan laki-laki dengan laki-laki seperti di Indonesia, prettt...



Eniwey, di antara negara-negara Asia Selatan dan Asia Timur, Indonesia ini yg paling kampungan. Kalau diajak bicara tidak nyambung. Maklum merasa dirinya mercusuar atau, at least, semi mercusuar. Yaitu dalam hal kedogolan atau salah kaprah. Dipikirnya jalan menuju kemakmuran dan keadilan sosial adalah agama. Pedahal justru agama yg menjadi penghalang kemakmuran dan keadilan sosial. Agama itu lembaga pelestari kebodohan. Semua negara Barat tahu itu. Orang Indon saja yg tidak tahu (atau pura-pura tidak tahu).



-



Pengumuman Presiden AS Barack Obama untuk menempatkan 2,500 orang anggota US Marines di Darwin, Nothern Territory, Australia, yg menghadap langsung ke Kupang, NTT, merupakan kabar gembira bagi mereka yg sudah muak dengan pelecehan HAM di Indonesia. Anda mungkin tidak tahu, tapi saya tahu bagaimana US Marines pertama-kali dibentuk di abad ke 18 dalam Perang Saudara di AS, untuk membebaskan para budak kulit hitam. Dan sejak itu selalu berada di pihak yg membela kebebasan. Ini dunia bebas. Kita manusia bebas, warga dunia beradab. Bukan budak. Bukan budak negara, bukan budak tradisi, bukan budak agama.



Pangkalan Militer AS tepat di perbatasan Indonesia akan mengajar kita bagaimana kelakuan militer yg berbudi pekerti. Marinir AS kebanyakan berusia 18 - 19 tahun. Sangat berdedikasi dan disiplin. Anda akan menyaksikan sendiri nanti bagaimana mereka akan diturunkan untuk membantu korban bencana alam di Indonesia. Mereka bukan buat perang saja, tetapi juga buat membantu penyelamatan korban bencana alam seperti dulu waktu tsunami di Aceh. Kita sudah lupa, mungkin. Anda mungkin lupa atau mungkin tidak tahu. Tapi saya selalu tahu, bahwa US Marines adalah pejuang di dunia bebas. Kita semua manusia bermartabat, dan US Marines diturunkan untuk menjaga dan mempertahankanya.



Saya pernah kenal pribadi seorang anggota US Marine waktu saya sekolah di AS. Namanya Francis Tissak, seorang keturunan Polandia yg menikah dengan wanita Philipina. Mungkin Francis sudah jadi kolonel sekarang. Dia yg cerita ke saya tentang bagaimana kehidupan militer AS. Harus bersih. Bersih total. Tidak ada itu yg namanya militer korupsi di AS. Beda jauh dengan di Indonesia yg kita semua tahu subhanalloh, keterlaluan. Dan sekarang militer AS semakin oke lagi, dengan kebijakan don't ask don't tell atawa penerimaan total homosex dan lesbian. In other words, mereka yg gatel bisa cruising ke Darwin, and having sex with the marines, nyam nyam nyam...



Sorry, maksud saya, US Marines dibentuk tahun 1775 waktu perang melawan penjajahan Inggris. - Waktu perang saudara membebaskan budak kulit hitam, 1861-1865, US Marines sudah established, dikirim ke Selatan dengan lagunya "From the Halls of Montezuma". Lagu ini sampai sekarang menjadi lagu US Marines.



Militer AS beda dengan militer Indon. Militer AS tidak serem. Banyak yg cute and pretty. Bisa diajak bobo barengz.



Sekarang US Marines banyak punya anggota yg homo, so teman-teman kita yg homosex disini bisa jalan-jalan ke Darwin nanti. Cuma 2 jam dari Denpasar, atau 3 jam dari Jakarta. Bisa ketemu di bars and try their cocks. Jangan lupa pake condomz.



-



Saya juga baru saja menyadari bahwa lagu-lagu dari dunia Barat tidak memiliki nuansa perbudakan. Bahkan lagu-lagu keagamaannya, yaitu lagu rohani Kristen dari semua denominasi, tidak memiliki nuansa perbudakan. - Yg full aroma perbudakan adalah lagu-lagu dari dunia Timur, dari semua aliran agama. Semua agama Timur memperbudak manusia. Agama Barat tidak. Kenapa tidak ? Karena bisa dibuang setiap saat. Anytime you are bosen or fed up dengan the agama, you can throw it away.



Di dunia Timur, anda diajar (sering dengan paksaan), bahwa anda tidak bisa melepaskan diri anda dari agama dan tradisi. Anda dibuat percaya bahwa anda dilahirkan sebagai budak. Budak agama, budak tradisi, budak kepercayaan asal. Di Barat tidak begitu. Anda diajar sejak lahir bahwa anda manusia bebas. Barat lebih superior dari Timur. Walaupun, tentu saja orang di Timur, terutama di Jawa, sangat gemar menipu diri sendiri. Merasa diri atau kelompoknya sangat spiritual, bahkan lebih spiritual dari manusia Barat yg sudah sampai ke Bulan. Orang di Jawa memang begitu dari dulu. Ahli tipu-tipu. Kiatnya, al, dengan menggunakan kata-kata mudzarab seperti "jati diri". Which is, of course, very goblox. Manusia is manusia, bukan jati.



Buat anda yg masih gatel mulut mau jualan "jati diri", let me tell you, bahwa yg begituan tidak laku dijual di dunia internasional. Anda akan ditanya, what do you mean by "jati diri" ? - Dan tentu saja, seperti biasanya, anda akan muterz-muterz untuk bikin orang bingung dan menyangka anda manusia spiritual tingkat tinggi, which is exactly what you expect. Itu kiat anda masih bisa terpakai di Indo. Tapi di luar negeri tidak begitu, karena anda akan dimasukkan kategori orang berjiwa labil. Bukan spiritual, tapi labil. Tukang meracau. Subhanalloh.



Leluhur is kata kunci untuk membuka gerbang pembodohan massal. Kalau anda bawa-bawa "leluhur" ketika berbicara dengan bulez, mereka akan kabur. Takootttt... (you will be suspected baru keluar dari RS Jiwas)



Untuk anda yg belum tahu, spiritualitas tertinggi di Asia Timur memang pernah ada. Di Cina dan Jepang. Di luar itu, yaitu di bagian Asia Timur yg dikenal sebagai Asia Tenggara, semuanya copy-an. Tidak ada yg orisinil. Copy artinya tiruan, s...esuatu yg ditiru. Palsu dan bukan asli atau original. Makanya tidak ada yg bertahan selain sesumbar. Sesumbarnya bertahan sampai sekarang. Tetapi tentu saja tidak ada yg menganggap serius. Orang Belanda dan bulez bulez tidak pernah ada yg menganggap serius spiritualitas etnik-etnik Nusantara. Kalaupun mereka teliti, our leluhurs dimasukkan dalam golongan primitief. Dan itu yg sekarang dijual sebagai "ajaran luhur". Subhanalloh.



Yg dikagumi adalah perilaku sosial seperti di Bali, walaupun orang juga tahu bahwa itu berubah. Bali sekarang tidak bisa dipertahankan seperti Bali 100 tahun lalu. - Sedangkan pemikiran, tidak ada yg dikagumi. Segala macam empu-empu yg menulis serat ini itu sudah terbuka belangnya. Mereka pujangga istana. Dibayarz.



So, saya sudah sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada leluhur kita yg berkelas dunia. Semuanya sekelas RT/RW. Paling jauh menang sepak bola satu kelurahan. - Untuk bertahan di masa kini dan masa depan kita harus berubah. Harus pakai standard internasional. Tidak bisa pakai model kampungz. Tobattttzzzz



Lebih spesifik lagi, segala macam serat dan babad, karya Empu ini Empu itu, Ki ini atau Ki itu, ageng maupun tidak, semuanya tidak ada harganya di dunia internasional. Itu karya spiritual kaum budak. Ditulis oleh kepala budak, untuk budak-budak bawahan. Satu dunia sudah tahu itu. Kita saja yg belum tahu.



Oh (saya tukang membongkar segalanya)



-



Di masa kolonial, negara ini disebut "Mooi Indie", artinya Hindia yg elok. Dan itu benar. Di masa kemerdekaan seperti sekarang, sebutan itu tidak pantas lagi. Sekarang namanya Hindia yg jorok. Sampah dimana-mana. Buang sampah di jalan karena tidak disediakan tempat sampah. Setelah itu the sampah dibakar di lapangan. Menyebarkan asap, bau, dan racun karbondioksida kepada lingkungan. - Sudah itu orang tidak berani menunjuk siapa yg salah. Otaknya tidak dipakai sehingga mereka yg ingin tahu the jawaban disarankan untuk bertanya kepada rumput yg bergoyang. Subhanalloh.



Orang Indon ternyata tidak bisa berpikir kritis. Malas berpikir. Mungkin karena sedari kecil tidak didorong untuk berpikir. Setiap kali berpikir selalu dihimbau untuk tutup mulut, atau mengulangi apa yg sudah diajarkan. The otax dari jenis robotz. Terbukti pekerjaan yg paling diminati adalah menjadi PNS. Untuk jadi PNS anda tidak perlu berpikir, cukup mengikuti manual saja.



Banyak sekali kelakuan orang Indon, yg konon sangat ber-Tuhan itu, tapi prakteknya sangat nazis komuniz. Kalau anda berjalan kaki dan mau menyeberang jalan, mobil tidak akan memperlambat jalannya, malahan semakin mempercepat. Itu kebalikan dari masyarakat di negara-negara kapir yg akan memperlambat mobilnya ketika melihat ada orang mau menyeberang. Di negara kapir, pengendara mobil sangat sopan. Di Indonesia, pengendara mobil kelakuannya seperti malaikatz zahanamz. Sangat tidak sopan. - Orang Indon ini tidak punya sopan santun. Semakin beragama, semakin tidak punya sopan santun.



Saya lihat, orang-orang Indon di Jakarta memiliki wajah yg stress. Tidak bahagia. Mereka menjalani karma harus bolak-balik ke kantor di tengah kota, dari tempat tinggal yg jaaauuhhh di pinggir kota, atau bahkan mungkin di luar kota. Kalau bawa mobil, wajah mereka terlihat seperti makhluk-makhluk yg sedang disiksa di Neraka karena di kehidupan masa lalu tidak mau beragama. Makanya sekarang beragama sambil menjalani the siksaan dengan tabah.



Mobil dan motor di Jakarta jalannya kayak setanz. Logikanya, orang akan berpikir bahwa the manusia akan berjalan kaki dengan cepat juga. Ternyata salah besar. Kalau turun dari mobil, the orang Indon jalannya semuanya kayak bebek. Bebek Manila yg jalannya very slow itu. Ternyata they become Setanz only kalo bawa kendaraan. Tanpa kendaraan, jalannya kayak keongz. - Dan itu kebalikan dari orang-orang kapir, especially bulez, yg jalan kaki dengan cepat sekali, dan bawa mobil dengan lambat. Orang Indon tidak begitu. Ternyata orang Indon tidak kuat berjalan kaki. Jalannya lambaaattttt sekaleh. Seperti itu kaki terbuat dari bahan pembentuk kaki keongz racunz. And itu bisa dimaklumi karena orang-orang yg bawa mobil kayak Setanz ternyata perutnya gendut-gendut. Baik laki maupun perempuan berperut gendut, jalannya susah. Atau, mungkin orang Indon merasa harus jaga wibawa dengan berjalan kaki perlahan-lahan. Tapi, kalau bawa mobil atau motor kenapa ngebut kayak Setanz? Incomprehensible. Semuanya serba terbalik. Ini dunia gaib. Makhluk yg harusnya masuk Neraka masih dapat probation dan lahir sebagai orang Indon.



Lingkungan hidup kita sudah hancur berantakan, saudaraku. Jakarta is a living hell in terms of environment. Tidak ada kualitas hidup. Udara kotor, air kotor, jalanan kotor. Semuanya serba kotor. Kotor dan berisik. Dan macet. Dan VERY religious. Subhanalloh.



Saya bandingkan dengan orang-orang kapir di AS dan Australia. Ternyata mereka lebih bisa menjaga lingkungan hidup. Benar-benar terjaga. Very clean. Tidak mewah dan jorox seperti di Indonesia, tetapi sederhana dan bersih. Masih bisa naik sepeda di tengah kota. Tidak akan diteror oleh mobil dan motor seperti di Jakarta. Dan juga tidak macet. - So, Jakarta sudah kotor, macet, bau, juga tidak aman. Kata-kata di lagu Rayuan Pulau Kelapa sudah tidak lagi relevan. Lagu Rayuan Pulau Kelapa dengan kata-katanya "...negeri elok amat kucinta" berasal langsung dari tradisi Belanda yg begitu cintanya kepada negeri ini sampai menjulukinya "Mooi Indie" (Hindia yg Elok). Ternyata itu tidak bisa dijaga oleh orang Indon sendiri. Begitu Belanda hengkang, the Indie jadi kubanganz.



Wawan Epu: yg mengaku beriman ternyata kotor. dan yg dianggap "orang neraka" ternyata malah bersih

21 hours ago · Like · 2



Ni Nengah Hardiani: aku ingat nenekku, wanita bali, umurnya sekitar 60 tahun. dia berdagang barang kerajinan ke kota2 di jawa. waktu di jakarta, dia pernah ditabrak mobil, ketika sedang istirahat dengan duduk di trotoar.

21 hours ago · Like · 2



Ki Mansu: oh, negara sampah, sampah di mana2, bukan cuma sampah fisik, tapi sampah non fisik, lebih beracun

20 hours ago · Like · 2



Kang Nur: oh(pemimpin kt ky kebo?)

20 hours ago · Like · 1



Nieki Ku: Terimakasih Leo ^-^

18 hours ago · Like · 1



Setsuka Cain Heel: kereeen xD
dulu papaku jg sering k ausi, kykny emang bagus sih, dan bener kota2 d indo dah kyk neraka, sby-mlg aja dah kerasa bedanya kyk neraka-surga >.<

16 hours ago · Like · 1



Fajar Prihattanto: Ijin share mas...tulisan bening namun terasa membara...

9 hours ago · Like · 1



Salya Purnama:

Dua pasang sepatu anak saya yang basah dicuci dijemur diluar, eeeee.. dicuri orang, pada hal satpam tak lihat rajin bersliweran. Beberapa bulan yang lalu, sepeda motor tetangga lenyap digondol penjarah. Laporan kepolisi sudah dilakukan, tapi nasib motor itu ya lenyap. Meskipun cicilan masih jalan terus. Para bangsat ini kayak koq semakin banyak saja. Hadoh, wis..kaki napak keluar rumah saja, eh situasi hawanya, rasanya kayak semakin buas saja. Kalau manungsa itu keadaannya bertingkat-tingkat, seperti air sungai yang mengalir, hulunya keruh, apalagi hilirnya. Wiiis, buthek sekali. Otak mungkin jarang dipake, tapi isi pikiranya eh..buthek banget. Jur kepriye’. Harus bagaimana? Membingungkan. Dari pada bingunga, istirahat dulu, sambil kontemplasi. Ohh. Pantes. Perumahan penuh portal, pagernya tinggi-tinggi, jalanan dikasih palang grunjelan, biar mobil dan motor nggak kesetanan jalanya, ngebut nggak kira-kira, membahayakan anak-anak sekolah yang jalan kaki. Heran! Hari terang benderang tangah hari naik motor ditangkap polisi, lantaran lampu tidak dinyalakan, elll-lho lampu digunakan untuk keadan gelap bin remang-remang yang ganggu pandangan, aturan apa itu, dasar buat aturan itu pake’ apa? Pake dengkul? Wong sudah jelas, terang-benderang kenapa harus pake lampu? Aturan lalulintas yang melawan akal sehat itu, sungguh membuat masyarakat bisa sakit jiwa. Motor yang knalpotnya bocor, dan buka dengan suara meraung-raung yang menggangu orang lain, koq ya nggak ditangkep. Jelas-jelas mengganggu, bikin polusi suara, koq nggak ada yang mencegah. Ya, wajar kalau orang menyebut masyarakat indon ini bejat. Saya jadi khwatir, lama kelamaan negara Indonesia bisa berubah namanya, karena berisi para gentho, maling, kecil, begal, dan seterusnya dan sebagainya, yang berperilaku jahat. Kalau teritori nusantara indonesia ini di isi orang begituan, ya wis. Namanya, jadi “Republik Gentho”, ehhh... sayang. Eman-eman. Kemolekan dan kecantikanya indonesia, berubah menjadi gadis cantik yang kena penyakit jiwa, nggak kerawat kluyuran di jalanan. Sediiiih...Hanya dua pasang sepatu anak kecil saja koq, di colong! Mental nyolongnya ini sungguh keterlaluan. Ganggu konsentrasi shalat, kekhusu’an meditasi, dan bikin gregetan emosi, ujungnya otak capek...malas untuk ini itu. Wiis..wiss..urip koq nelangsa. Ya itu adanya, dan kenyataannya. Nelangsa....hiburannya ya nulis saja..biar plong...entheng! Sambil membelikan dua pasang sepatu lagi untuk anak saya. Beres..Cuma rada keqi aja! MooY Indie sampun teu aya”..mboten wonten, mas Leo.. Uhuuuy. Trims..

8 hours ago · Like · 2



Ni Nengah Hardiani: Aku dulu juga biasa bakar sampah di halaman yg agak luas. Tapi sekarang sudah sadar, sampah organik aku jadikan kompos. Sampah non organik, dominan plastik, aku bungkus dan letakkan di bak sampah dinas kebersihan.

7 hours ago · Like · 2



Widya Astuti: Subhanalloh... Tulisannya mengalir seperti air, bisa kubayagkan betapa cepat jemarimu mengetik tulisan ini, jujur apa adanya.. dan itu seksi sekaleehh :)

3 hours ago · Unlike · 1

Ni Nengah Hardiani: bahasa leo keras dan lugas, tapi tulisannya mengandung kebenaran. benar2 telak, tepat sasaran.

21 hours ago · Like · 1



Mas Iman Brahmantia: tp juga harus adil mas......................

21 hours ago · Like



Leonardo Rimba: Oh (adil means kontolz in Indonesia)

21 hours ago · Like



Ni Nengah Hardiani: soalnya di indonesia memang sudah subhanaulah keterlaluan, mau ngomong apa lagi? mau muter2?

Leonardo Rimba II: Rejim Suriah sebentar lagi jatuh, mungkin dalam waktu satu tahun ke depan. Setelah itu Iran. Terakhir Saudi Arabia. Itu yg saya lihat, walaupun di note ini saya membahas tentang Darwin. Darwinisme di Indonesia artinya penempatan pasukan tentara asli untuk menakut-nakuti tentara gadungan yg kerjanya nakut-nakutin WNI. - Untuk anda yg belum tahu, Charles Darwin is the Syaiton Laknatulloh bagi manusia beriman karena sudah berani begitu kurang azar bilang manusia merupakan keturunan monyetz. Pedahal, siapa tahu the monyetz merupakan keturunan manusia. Aslinya manusia, tetapi karena terlalu getol beragama, lama-lama jadi monyetz.

10 hours ago · Like · 8



Johannes Nugroho Onggo Sanusi: Kalau di Eropa sebelum PD2, fasisme Jerman menjadi ancaman thd perdamaian dunia, di abad ini fasisme agama yang menjadi ancaman bagi kelangsungan peradaban manusia.

10 hours ago · Unlike · 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar