Musik meditasi saya saat ini, sebuah lagu Kristen tradisional, berjudul "All to Jesus I Surrender All", yg saya tahu berisikan energi yg kuat sekali kalau anda pakai untuk meditasi di cakra mata ketiga. Jesus wants to empower you to become yourself. Oh (menjadi diri sendiri saja)
Harus saya akui, bahwa lagu-lagu rohani terindah di satu dunia berasal dari khazanah Kristen. Dan saya tidak ragu menggunakannya untuk musik meditasi, tanpa perlu merasa harus terjerambab ke dalam belief system. Yesus saya beda. Tidak seperti yg dikhotbahkan agama. Dan itu boleh saja. Yesus cuma simbol, bisa jadi seperti apapun yg kita konsepkan di dalam kepala kita sendiri. Yesus saya tidak pakai salib. Sangat modern dan metroseksual. Oh (anjrittt)
Saya tulis minggu lalu, bahwa spiritualitas satu dunia bisa begini maju karena orang-orang Kristen di negara-negara maju mulai melirik praktek-praktek Hindu-Buddha. Bukan orang-orang Hindu-Buddha yg menjadi Kristen, tetapi sebaliknya. Kalau Hindu-Buddha menjadi Kristen, maka mereka menjadi Kristen yg tradisional, mengikuti cetakan dunia Barat. Tetapi kalau orang-orang Kristen menjadi Hindu-Buddha, maka mereka menciptakan sesuatu yg baru. Sekarang dikenal sebagai New Age.
New Age atau aliran kebangkitan spiritual satu dunia digerakkan oleh orang-orang Kristen yg mengambil alih praktek-praktek Hindu-Buddha. Memunculkan banyak pengertian-pengertian baru. Menyalakan api kehausan spiritualitas sejati di seluruh dunia. Oh (sejati)
Kita di Indonesia banyak yg langsung ikut praktek Hindu-Buddha tanpa lewat belief system Kristen, makanya terkadang terasa kurang kuat tendangannya. Untuk bisa menendang, maka anda harus memperoleh exposure dari belief system Kristen tradisional, seperti musik yg saya posting ini. Itulah Kristen tradisional. Kalau kita sudah tahu itu, kalau sudah ada di dalam kita, dan kita kemudian lakoni lawannya, yaitu praktek Hindu-Buddha, maka akan ada yg terasa beda. Seperti ada gosokan energi kiri kanan. Ada sesuatu yg akhirnya mengumpul di tengah. Mengumpul dan menggumpal. Oh (gumpalan)
The gumpalan is energy. Itu yg keluar dari banyak orang-orang Barat ketika mereka meditasi. Dan kita juga bisa seperti itu kalau mau. Tanpa perlu merasa takut. Dan ujung-ujungnya, kita juga akan menjadi seperti orang Barat, walaupun kita bukan bule. Oh (bule item)
Orang Barat is very individualistic. Sangat individualistik. Beda jauh dengan mental orang Timur yg gila berkelompok, dan tidak berani menjadi diri sendiri. Anda lihat sendiri, kita di Komunitas Spiritual Indonesia juga individualistik. Kita enjoy ketika bersama, tetapi kita tetap mempertahankan individualitas masing-masing. Itu dihormati dan diakui. Kita komunitas spiritual yg paling Barat di Indonesia. Oh (kebarat-baratan)
So, dengan kata lain, kita tidak lagi bicara tentang belief system atau sistem kepercayaan, melainkan tentang pengalaman spiritual pribadi. Bagaimana anda menjalani hidup anda, bagaimana anda belajar, bagaimana anda mencintai (ceile). Itu semuanya tentang spiritualitas, tanpa perlu membawa-bawa Tuhan dan agama. Oh (sombong nih ye)
Dan itulah spiritualitas post modern. Paska modern. Sama seperti dipraktekkan di negara-negara Barat. Banyak dari kita sudah mencapai pemahaman seperti mereka yg tinggal di negara-negara Barat. Kita cuma mau menjadi diri kita sendiri saja, dan enjoy. Makanya kita tidak suka saling kasih nasehat bagaimana orang harus hidup. Bagaimana orang mau hidup, is urusan orang itu sendiri. Yg kita bisa lakukan cuma berbagi pengalaman spiritual pribadi. Sharing, berbagi, membandingkan. And the rest is urusan masing-masing.
Oh (menjadi manusia spiritual yg individualistik)
Osho dan Krishnamurti, yg begitu dipuja-puja oleh banyak praktisi spiritual di Indonesia adalah orang individualistik yg sempurna. They are very individualistic. Oh (seperti saya)
Individualistik bukan berarti egois. Individualistik artinya memiliki karakter. Memiliki kepribadian. Orang spiritual tradisional di Indonesia berusaha untuk memberantas kepribadian, dengan alasan itu "ego". Saya bilang itu terbalik, ego adalah orang-orang yg suka menekan orang lain untuk menjadi seragam. Ditekan tanpa ganti rugi. Tanpa memperoleh imbalan apa pun. Dan itu sama sekali tidak masuk akal. Kalau dibayar, at least 10 M, maka saya akan mau saja menjadi seragam dengan yg lain. Kalau tidak dibayar, oh (nehi.. nehi..)
So, ini tentang terbukanya pengertian, bahwa menjadi spiritual atau rohaniah artinya menjadi manusia yg berkarakter, yg individualistik. Dan bukan menjadi manusia kodian yg bisa dijumpai dimana-mana, tanpa memiliki ciri khas. Oh (kodian)
Think about this. Bisa dibawa ke dalam meditasi anda. Saya rasa, cuma saya yg berani bawa topik ini ke permukaan. Daripada kebodohan dipelihara, lebih baik dibongkar sehingga orang bisa mulai melihat dan berubah. Oh (berubah)
Saya pernah tinggal di AS, mereka disana jauh lebih spiritual dibandingkan orang Indonesia. So, Indonesia ini memang terbulak-balik. Salah kaprah yg sudah mendekati delusi. Sampai tidak bisa lagi melihat realita apa adanya saja. Saya harap banyak teman mulai bisa terbuka mata batinnya, dan tidak menipu diri sendiri terus menerus.
Orang Indonesia termasuk yg memiliki spiritualitas rendah. Spiritualitas tinggi adanya di peradaban maju di Barat yg, sampai tahap tertentu, merasa harus mengambil faktor-faktor dari Timur. Itu dimasukkan ke dalam spiritualitas mereka.
Tapi bukan berarti mereka menjadi orang Timur. Tidak begitu. Walaupun orang bule menjadi buddhist atau hindu, mereka tidak bisa menjadi manusia budak. Steve Jobs, pendiri Apple, menjadi buddhist. Tetapi dia tidak bisa menjadi budak seperti kebanyakan penganut buddhisme tradisional. Beda jauh.
Dan itulah yg saya sebut sebagai spiritualitas post modern. Paska modern. Bukan tentang agama, tetapi tentang bagaimana manusia menghayati spiritualitasnya masing-masing, tanpa perlu membangga-banggakan masa lalu (yg juga tidak memiliki sesuatu yg bisa dibanggakan).
Semuanya tentang disini dan saat ini saja. Tentang si manusia itu sendiri, dan bukan tentang guru besar atau nabi. Bukan tentang menghambakan diri dan segala macam omong kosong. Paling jauh ada gerakan untuk membantu pencerdasan manusia-manusia lain. Itu pun dilakukan tanpa gembar-gembor, karena ini bukan agama.
Spiritualitas New Age itu tentang bagaimana menjadi diri sendiri. Bukan tentang mencetak manusia agar menjadi hamba sahaya dari tradisi. Atau dari agama. Dan, banyak dari kita sudah sampai ke level itu, walaupun tanpa memakai istilah New Age. Oh (saya sendiri tidak suka dibilang New Age)
Dengan kata lain, orang Barat bisa mengambil intisari spiritualitas Timur dan tetap menjadi diri sendiri. Kita orang Timur bisa mengambil intisari spiritualitas Barat dan tetap menjadi diri sendiri. Ini semuanya tentang menjadi diri sendiri. Dan bukan menjadi seperti yg diharapkan oleh orang lain.
Cuma tentang menjadi diri sendiri saja. Bukan tentang tekan menekan. Tekan menekan itu isi dari spiritualitas Nusantara tradisional. Tujuannya menciptakan budak. Dan itu bisa dibuang tanpa kita kehilangan sesuatu pun. Untuk menjadi diri sendiri harus ada yg dibuang. Elemen-elemen perbudakan harus dibuang, dan elemen-elemen pembebasan harus dimasukkan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar