Setelah hampir 1,000 tahun setelah mulainya Perang Salib I di tahun 1095, sekali lagi pasukan Katolik berbaris masuk Yerusalem. Tetapi kali ini dalam bentuk parade bagpipe band yg dimainkan oleh orang Arab Katolik di malam Natal yg baru lalu, 24 Desember 2011. Bukan oleh para ksatria kelaparan dari Eropa, tetapi oleh orang lokal. Agamanya Katolik juga, tapi Katolik yg sudah berubah total. Katolik 1,000 tahun lalu bertolak belakang dengan Katolik sekarang. Bedanya seperti bumi dan langit. Agama berubah terus, saudaraku. Tidak ada yg namanya harga mati, semuanya bisa ditawar.
Semua buatan manusia bisa ditawar, tidak ada harga mati, apalagi yg namanya NKRI. Negara-negara Eropa saja sudah bersatu menjadi Uni Eropa, dan Indonesia juga cepat atau lambat akan bersatu dengan negara-negara lain sekawasan, menjadi Uni Asia Tenggara dan Australia. Tapi tentu saja harus menyamakan standard dahulu. Kita sudah harus pakai standard internasional, tidak bisa pakai standard kampung any longer.
Kita tidak boleh megalomaniak seperti Bung Karno yg mau membawa Indonesia menjadi mercusuar dunia. Pedahal kita ini bukan mercusuar, tapi lampu teplok. Lampu minyak yg diteplok di atas dinding, bisa juga ditaruh di atas meja. Kekuatan cahayanya seperti lilin, cuma bertahan lebih lama karena bisa diisi ulang.
Dari beberapa posting tentang Palestina yg saya kirimkan seminggu terakhir ini, teman-teman sudah bisa menilai sendiri ternyata orang Palestina jauh lebih maju dari orang Indon. Apalagi Palestina Kristen, sudah setengah Eropa. Mereka punya tradisi memainkan bagpipes, alat musik tiup dari Scotlandia, setiap kali hari raya. Kita disini tidak tahu apa itu bagpipes. Kita tahunya seruling bambu. Dan itu belum mencapai taraf internasional. Bisa menjadi instrumen musik internasional, kalau kita mau promosikan dengan confident, percaya diri, dan ego yg utuh. Nah, ini di Indonesia mau pakai ego utuh saja sudah dilecehkan, dilarang, dibilang tidak ada gunanya. Pedahal, tanpa ego, anda cuma akan menjadi rumput bergoyang. Bergerak setiap kali ditiup oleh mulut penceramah agama. Jauhlah dari itu, amin.
Kita juga sudah setengah Eropa, sebenarnya, cuma tidak sadar saja. Dulu nenek moyang kita hukumnya haram jadah makan dengan sendok dan garpu. Cuma orang kapir yg makan dengan sendok dan garpu. Orang beriman makan dengan tangan. Ternyata, sekarang bahkan babu dan jongos makan dengan sendok dan garpu. Sudah jadi Londo semuanya. Tapi tidak nyadar. Mengira sendok dan garpu adalah warisan nenek moyang kita, asli dari Nusantara. Pedahal itu import, asalnya dari Eropa.
Kita disini, bahkan yg paling bodoh sekalipun, sudah berpikir dengan logika. Dari yg paling canggih sampai yg paling sederhana. Dan itu tentu saja sudah menyalahi kodrat jati diri kita. Jati diri orang Nusantara tidak pakai logika. Kalau anda pakai logika, anda sudah memakan racun dari orang asing. Anda kehilangan kontak dengan leluhur anda sendiri yg, kita semua tahu, semuanya tidak pakai logika. Leluhur kita percaya takhayul.
Dulu, orang-orang seangkatan dengan kakek buyut saya banyak yg tidak sekolah. Dianggap tidak penting, buang-buang waktu dan uang. Nenek saya masih tidak kenal sekolah. Tidak bisa baca tulis. Sekarang, tidak masuk sekolah dianggap penelantaran HAM (Hak Asasi Manusia). Ternyata kita punya hak asasi untuk memperoleh pendidikan dasar. Sayangnya, banyak dari kita cara berpikirnya tidak berubah dari tingkat itu. Masih berpikir dengan tingkat pendidikan dasar, yaitu berdasarkan hapalan dan katanya. Kata Ibu Guru. Kata Bapak Guru. Pedahal banyak dari kita sudah S1, tapi cara bicara dan menulis kayak S Lilin. S Lilin itu makanan jaman dulu waktu saya masih kecil, makannya dijilat-jilat dan dihisap-hisap. Sekarang S Lilin sudah punah, digantikan oleh ice cream.
Saya tukang membongkar salah kaprah. Indonesia ini negeri yg penuh salah kaprah. Penuh salah kaprah karena orang-orangnya tidak mau berpikir, dan cuma ingin enaknya saja, menerima katanya. Katanya kata "eksklusif" artinya mewah, bagus, maka dipakailah the kata dengan semena-mena. Misalnya, saya lihat ada spanduk di pinggir jalan yg mengiklankan bonus payung eksklusif. Saya jadi berpikir, payung eksklusif seperti apa? Menurut pengertian saya, payung eksklusif artinya payung yg cuma bisa dipakai oleh orang tertentu, mungkin oleh pemiliknya only. But what's for? Kenapa payung saja harus disebut eksklusif? Orang-orang Indon tidak tahu bahwa kata "eksklusif" artinya tidak bagus di dalam bahasa Inggris. Artinya cuma untuk kalangan terbatas. Payung kok hanya untuk kalangan terbatas? Payung eksklusif, rumah eksklusif, ranjang eksklusif, pantat eksklusif. Yg terakhir, eksklusif untuk dipakai orang tertentu (pacarnya saja).
Istri muda eksklusif, artinya istri muda yg khusus bisa dipakai oleh the bandot yg saat itu menjadi suaminya. Kalau istri muda tidak eksklusif, artinya the istri muda bisa dipake oleh siapa saja. Kalau suka sama suka, maka jadilah.
Orang Indon memang gila status. Gila hormat. Tapi kalau pakai istilah selalu kalang kabut. Tidak pas. Makanya jadi lucu. Lucu buat orang yg ngerti. Saya ngerti istilah-istilah bahasa Inggris yg dipakai di Indonesia secara salah kaprah. Makanya saya bisa merasa lucu. Orang yg tidak mengerti tentu saja tidak tahu. Mereka merasa wajar saja jadi orang yg punya barang-barang eksklusif. Di bahasa Inggris sendiri, tidak pernah dipakai istilah barang-barang eksklusif. Artinya jelek sekali. Yaitu cuma untuk kalangan tertentu. Orang takut tidak laku kalau pakai istilah eksklusif. Tetapi di Indonesia, karena sudah terlanjur salah kaprah, maka yg pakai kata "eksklusif" bisa mengharapkan dagangannya laku. Laku karena orang gak ngerti arti sesungguhnya.
Memang ada kata eksklusif, yg kadang-kadang dipakai juga di masyarakat berbahasa Inggris. Misalnya, istilah "Exclusive Club". Itu benar, artinya klub tertutup, members only. Dan keanggotaannya terbatas selain, tentu saja, mahal. Tetapi, di Indonesia, kalau payung hujan biasa saja harus pakai istilah eksklusif, itu sih sudah keterlaluan.
Subhanalloh, keterlaluan.
Exclusive artinya untuk kalangan tertentu saja. Biasanya dengan bayaran mahal. Fasilitas untuk kaum cacat fisik bukanlah fasilitas eksklusif, melainkan fasilitas umum untuk yg memiliki cacat fisik. Bahasa Inggris punya nuansa juga, tidak asal njeplak.
-
Bangsa yg paling xenophobic (anti asing) di seluruh dunia adalah bangsa Cina. Xeno artinya Cina. Xenophobia artinya kebencian terhadap segala sesuatu yg berbau asing atau berasal dari luar. Dasarnya adalah superioritas etnik dan budaya, yaitu merasa diri sendiri bermartabat lebih tinggi karena berbudaya luhur. Dan itu dibuktikan selama ribuan tahun. Memang benar, Cina tidak mengakomodasi budaya luar, tetapi budaya luar yg mengakomodasi budaya Cina.
Saya melihat di Jawa ada xenophobia juga, yaitu kebencian terhadap yg berbau asing. Mungkin ada di dalam alam bawah sadar mereka yg beretnik Jawa dan memiliki campuran Cina. Keturunan dari imigran Cina yg mungkin sudah datang sejak 1,000 tahun lalu. Lucunya, Jawa justru selalu mengakomodir budaya asing. Xenophobia atau kebencian terhadap bau-bau asing tetap ada. Itu filsafat budaya di Jawa (yg saya sinyalir pengaruh dari darah Cina di etnik Jawa), tetapi prakteknya nol besar. Jawa bukan Cina, malahan kebalikannya. Walaupun di mulut bilang anti, dalam praktek semua diserap dan, biasanya diakui sebagai asli. Lucu.. lucu..
Apakah teman-teman tidak ada yg bisa melihat fakta yg sangat gamblang ini? Sikap anti asing di Jawa itu namanya xenophobia, marak di Cina. Mereka sudah seperti itu selama ribuan tahun. Dan bisa membuktikan dirinya. Menolak semua yg berbau asing. Tetapi Jawa? Setiap hal baru yg masuk akan diterima dengan antusias, dan bahkan diakui sebagai "asli". Jawa punya xenophobia yg tidak konsisten. Di mulut lain dengan di praktek. Beda dengan Cina yg bisa konsisten ribuan tahun dengan sikap itu.
Cina menganggap dirinya pusat dunia, dan bangsa-bangsa yg mengelilinginya disebut bangsa barbar. Dari sudut pandang Cina, orang-orang Barat itu termasuk barbar. Tidak berbudaya. Orang-orang Vietnam, Kamboja, apalagi Jawa adalah etnik-etnik pinggiran, semuanya berkiblat ke Cina. Dan itu benar, Cina memang menjadi kiblat dari bangsa-bangsa di sekitarnya.
Yg lucu, Jawa juga mengambil-alih cara pandang Cina. Menganggap dirinya pusat dunia. Pertanyaannya? Dari mana Jawa bisa punya cara pandang seperti itu? Hipotesa saya, dari leluhur Jawa sendiri yg berasal dari Cina. Imigran dari Cina yg sudah datang ke Jawa sejak, mungkin, lebih dari 1,000 tahun lalu.
Jadi, Jawa akhirnya menganggap dirinya sebagai pusat dunia juga. Sayangnya besar pasak daripada tiang. Tidak bisa menopang dirinya sendiri seperti Cina. Tidak punya amunisi. Napsu besar tenaga kurang. Akibatnya, lain di mulut lain di praktek. Di Cina, yg berbau asing bisa langsung ditolak dengan tegas. Di Jawa, ditolak dengan tegas cuma di mulut doang. Prakteknya dirangkul habis-habisan, malahan diakui sebagai "asli".
-
Untuk teman-teman ketahui, saya tidak ragu-ragu untuk menendang oknum tertentu yg pernah saya beri status sebagai sesepuh. Kalau keterlaluan gila hormat, saya tendang pantatnya dan, kalau itu masih kurang, akan saya umumkan ke seluruh Indonesia siapa saja nama orang-orangnya. Maksudnya biar punya malu sedikit, karena sudah tua bangka masih punya kelakuan seperti anak kecil. Otak tidak dipakai dan dikira saya bisa ditekan. Tidak bisa. Mereka aliran kuno. Penuh ketakutan, sekaligus merasa diri orang spiritual tingkat tinggi. Pedahal tingkat rendah. Aliran pembodohan juga. Ada beberapa yg saya tendang dan, kalau ketemu langsung, akan saya tunjuk hidung mereka, walaupun, saya rasa, mereka tidak akan berani unjuk hidung di hadapan saya.
So, sekali lagi, saya harap teman-teman disini sudah mengerti. Kita tidak perlu menunduk-nunduk terhadap orang yg mengaku spiritual, sudah berusia tua, dan membanggakan budaya Jawa. Kita semua tahu, budaya Jawa banyak yg isinya pembodohan. Penipuan diri sendiri dan orang lain. Saya ilmuwan sosial, saya tahu budaya Jawa bukan termasuk budaya tingkat tinggi di dunia. Itu budaya rendah.
Hohohohoho
Saya tidak anti apapun. Saya tidak anti agama, tidak anti berbagai macam aliran spiritual. Tidak anti budaya. Yg saya anti adalah orang-orang yg mau memaksakan pendapatnya. Walaupun pernah saya akui sebagai sesepuh, kalau mau memaksakan pendapatnya, apalagi tanpa pakai otak, maka saya tidak akan ragu-ragu untuk banting. Statusnya sudah berubah, tadinya sesepuh, sekarang petasan banting. Dorrr!!!
And that's the end of my message in the year of the Lord 2011. Di Tahun Tuhan Yesus yg ke 2011. Bisa juga disebut message "Pencerahan Lampu Teplok", which is lampu minyak yg digunakan di Jawa masa lalu, sebelum listrik masuk ke kampung-kampung.
Happy New Year 2012 to all friends.
Dan karena ini tahun Tuhan, maka saya tambahkan kata-kata: Tuhan Yesus memberkati anda.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar