by Leonardo Rimba on Tuesday, April 3, 2012 at 2:42pm ·
Dua hari lalu seseorang di Kupang, NTT, bernama Horacio mengirimkan sebuah SMS kepada saya, minta dibukakan mata ketiganya, dengan tambahan kata-kata bahwa dia Kristen. Sampai sekarang saya belum jawab, bingung mau mulai dari mana. Presumably ini pembaca buku saya Membuka Mata Ketiga. Cuma, kata-kata "saya Kristen" menghambat my jari-jari tangan untuk membalas.
Saya sedang malas untuk menerangkan bahwa Yesus pakai cakra mata ketiga juga. Ada perumpamaan tentang "mata tunggal" yg diucapkan Yesus. Ada di dalam injil. Nah, the mata tunggal is none other than mata ketiga, which is kelenjar pineal yg adanya di tengah batok kepala kita. Yesus meditasi di cakra mata ketiga. Prananya seabrek-abrek, makanya bisa pegang orang sakit, dan orang sakitnya langsung sembuh. Intuisinya kuat sekali, bisa langsung tahu apa yg mau diucapkan orang. Dan itu tidak aneh. Banyak dari kita juga seperti Yesus. Dan Yesus meditasi setiap malam, dengan doa yg diulang-ulang. Dengan kata lain, pakai mantra. Dengan cara memfokuskan kesadarannya di kepala.
Roh kudus adalah istilah yg dipakai di kekristenan; menurut saya ini adalah energi yg memancar keluar dari cakra mata ketiga. Perpaduan dari energi feminin dan energi maskulin. Bisa memunculkan manifestasi berupa penyembuhan fisik. Bisa penyembuhan emosional. Bisa memunculkan intuisi. Bisa memunculkan sinkronisitas, atau rangkaian kejadian sambung-menyambung sehingga apa yg diniatkan tercapai. Tidak ada yg aneh dengan gerakan kristen awal. Mereka mulai dengan meditasi di cakra mata ketiga selama 40 hari dan 40 malam non stop. Kita juga bisa seperti itu, kalau mau. Tetapi kalau non stop terlalu ekstrim, makanya kita meditasi rutin saja, tiap pagi dan tiap malam.
Kuncinya adalah menerima fakta bahwa kita cuma bisa hidup disini dan saat ini. Sadar disini dan saat ini saja. Selalu disini dan saat ini. Here and now. Ada yg perlu dilepaskan melalui metode ikhlas dan pasrah. Ikhlaskan masa lalu, dan pasrahkan masa depan. Akhirnya kita akan merasakan diam disini saja. Disini dan saat ini. Lalu rasakan saja kesadaran yg berada di kepala itu. Terkadang saya bilang, di titik antara kedua alis mata. - Dan orang kristen awal sudah menemukan itu. Di injil tertulis, para murid-murid Yesus semuanya punya tanda seperti lidah-lidah api di dahi mereka. Itu cakra mata ketiga yg terbuka, setelah meditasi non stop 40 hari dan 40 malam.
Tetapi orang Kristen sekarang sudah lupa cara meditasi. Sudah terlalu banyak ditakut-takuti. Sudah dijadikan domba perahan oleh oknum-oknum penjual agama. So, untuk anda yg berlatar-belakang Kristen dan masih takut-takut, silahkan saja coba sendiri. Baca sendiri itu injil, dari saat Paskah sampai Pentakosta. Pentakosta itu turunnya roh kudus, yg tidak lain dan tidak bukan adalah manifestasi terbukanya kundalini para murid Yesus. Setelah itu mereka banyak melakukan penyembuhan, hanya dengan menyentuh pakai tangan saja. Terkadang hanya dengan berbicara saja. So, itulah antara lain manfaat dari meditasi mata ketiga yg, tentu saja, tidak untuk dibaca thok, tetapi untuk dipraktekkan. Anda cuma bisa tahu kalau anda mempraktekkannya. Dan, for your info, ini tanpa agama. Meditasi mata ketiga tidak pakai agama, walaupun kalau anda mau tidak dilarang. Kenapa? Jawab: karena baik pakai agama ataupun tidak, meditasi mata ketiga akan memunculkan hasil yg kurang lebih sama, tergantung bakat dan bawaan orangnya. Yg juga berarti tidak ada yg perlu dipaksakan disini. Kalau meditasi rutin, maka akan ada hasilnya. Hasilnya seperti apa, ya lihat saja nanti. Oh (ikhlas dan pasrah)
Untuk yg masih pakai agama Kristen secara konvensional, anda bisa menggunakan doa Bapa Kami. Doa adalah mantera, digunakan berulang-ulang agar kita bisa fokuskan kesadaran di cakra mata ketiga. Gunakan saja doa itu kalau mau. Begini doanya (manteranya):
"Bapa kami yg ada di surga, dimuliakanlah namamu, datanglah kerajaanmu, jadilah kehendakmu di atas bumi seperti di dalam surga, berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yg bersalah kepada kami, dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yg jahat, amin."
Beberapa hari lalu saya menulis note berjudul "Untuk Melihat Siwa, Anda Harus Menjadi Siwa". Itu untuk menjawab pertanyaan seorang teman dari Bali. Untuk menjawab pertanyaan teman yg mengaku Kristen, saya akan bilang: "Untuk menjadi Kristen, anda harus menjadi Yesus". Seperti Siwa, Yesus itu simbol. Simbol dari kesadaran anda sendiri saja. Buddha juga simbol. Makanya orang yg mengerti bisa menggabungkan simbol Siwa dan Buddha menjadi satu figur, namanya Siwa-Buddha. Kalau mau, anda juga bisa menggabungkan Siwa-Buddha dengan Yesus, dan menjadi simbol yg namanya Siwa-Buddha-Yesus. Dan, tentu saja, secara spiritual kita tahu bahwa itu bukan lelaki, melainkan lelaki dan perempuan. Siwa-Budha itu lelaki dan perempuan sekaligus. Kalau dijadikan Siwa-Buddha- Yesus, maka itu juga lelaki dan perempuan sekaligus. Mata ketiga tentang penggabungan energi maskulin dan feminin, lelaki dan perempuan, yg keduanya ada di tiap orang dari kita. Ketika digabungkan secara natural, tanpa dipaksakan, maka kita akan menjadi manusia yg lebih manusiawi. Oh (teori.. teori..)
Last but not least, untuk anda yg beragama Kristen dari aliran Katolik Roma, maka mata ketiga anda adalah yg anda sentuh pertama kali ketika anda membuat tanda salib. Anda akan mengucapkan "atas nama Bapa" sambil menyentuh dahi anda. Oh (itulah mata ketiga anda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar