8 Des 2011

Aku juga nggak mau kalah memprediksi keadaan tahun depan dengan intuisi batin ku. Jadi masih seputar ramal meramal.

by Indi Sujawe on Thursday, December 8, 2011 at 2:54pm

Biasanya akhir tahun ini, banyak para dukun dan paranormal yang menaikkan pamor diri dalam rangka promosi dibisnis jasa perdukunan, berlomba-lomba memprediksi keadaan tahun depan dengan intuisi batinnya. Supaya label atau stempel sebagai orang ngerti, orang pinter atau orang sakti tetap tertera di belakang nama sang dukun.



Ini tak ubahnya para sarjana yang mendapat gelar kesarjanaannya di belakang nama setelah menempuh pendidikan formal kesarjanaannya di bidang khusus. Aku sendiri sebenarnya bisa saja tak mau kalah setelah menempuh pendidikan perdukunan selama kurang lebih hampir 20 tahun. Indi Sujawe Spdk (sarjana perdukunan). Lo kenapa tidak. Seharusnya sudah saatnya pemerintah menambah satu departemen khusus di bidang perdukunan atau pendidikan perdukunan. Toh di luar negeri saja jasa shamanistic alias perdukunan sudah diakui masyarakat. Memang dasarnya orang Indon itu suka muna. Nggak mengakui perdukunan karena tidak logis lah, melanggar aturan agama lah, dilarang tuhan lah. Tetapi bila mendapatkan suatu masalah yang bikin fikirannya ribet, tetap aja pada lari ke dukun untuk mencari jalan keluarnya. Ini kenyataan lo. Kenyataan yang sudah menjadi rahasia umum. Dukun itu selalu dicari bukan hanya oleh kaum sudra alias masyarakat kebanyakan, tetapi juga kaum ksatria alias para pejabat kelas atas.



Kenapa..?? Karena memang masyarakat Indon itu senang mencari jalan instan. Semua serba instan. Setelah menjadi pejabat dengan cara yang instan, pengen langsung cepat kaya juga dengan cara yang instan pula. Kemarin aku baca di koran, menurut PPATK banyak rekening buncit para pejabat negara yang masih sangat muda berumur di bawah 35 tahun hingga miliaran rupiah. Nanti juga setelah terendus KPK, pengennya menyelesaikan masalah dengan instan pula, dukun lah yang dicari.



Sebenarnya bukan itu topik yang ingin ku sampaikan dicatatan ku kali ini. Itu hanya sebagai bumbu penyedap saja agar anda yang membaca semakin penasaran dan tentu saja semakin menarik. Tapi aku ingin menyampaikan topik note seperti yang ku utarakan pada alinea pertama. Tentu saja sebagai seorang dukun yang berkelas, (sebenarnya berusaha untuk mencapai level kelas atas, tetapi berhubung kurang modal, kelasnya nggak naik-naik) aku nggak mau kalah memprediksi keadaan tahun depan dengan intuisi batin ku. Jadi masih seputar ramal meramal. Aku tidak menggunakan teknik kartu tarot atau alat bantu lainnya. Yang aku gunakan adalah melihat dan membaca keadaan sekarang (kini), baik dari sudut science maupun kejadian nyata. Kemudian data-data tersebut ku rekam ke dalam bawah sadar ku sendiri. Bagaimana merekamnya? Membiarkan data-data tersebut mengalir masuk begitu saja tanpa sedikitpun berusaha menilai apapun. Lalu ku luangkan waktu khusus malam hari untuk masuk dalam gelombang fikiran theta dengan sebelumnya berniat (tanpa perlu disebutkan) untuk memprediksi tahun akan datang.



Mengapa kupilih malam hari? Karena pada malam hari gelombang magnetik matahari yang kuat yang berada di balik bumi tidak begitu mempengaruhi koneksitas gelombang otak theta dengan gelombang kosmik semesta (ini mungkin yang membuat para praktisi meditasi menyukai berlatih pada malam hari). Pesan-pesan yang tersimpan pada getaran gelombang kosmik bersinergi (atau lebih tepatnya berselaras) dengan gelombang otak ku yang menyimpan data-data yang telah terekam pada bawah sadar ku ketika gelombang otak ku masuk dalam getaran theta. Untuk dapat masuk dalam gelombang theta, biasanya para praktisi menggunakan wadah fokus (lebih tepatnya mengawasi) agar mengikat fikiran untuk diam hanya pada wadah. Seperti fokus pada tarikan nafas, jantung, mata ketiga dan lainnya. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa diam hanya pada fokus. Tergantung pada bakat masing-masing.



Ketika gelombang otak sudah masuk dalam getaran theta dalam waktu yang lama, sensasi rasa tubuh fisik akan menghilang. Kemudian fokus konsentrasi dilepas dan dibiarkan mengambang. Ini seperti mengambangnya fikiran pada saat hilang kesadaran menuju tidur tetapi belum pulas tidur. Hanya bedanya kalau keadaan seperti ini dilakukan dengan kesadaran penuh dan terkontrol. Dan keadaan mengambangnya fikiran menuju pulas tidur itu terjadi tidak dalam kesadaran penuh dan diluar kontrol. Kemudian fikiran yang terkolaborasi tadi, sesuai dengan niatan semula (memprediksi keadaan tahun depan) akan memunculkan simbol-simbol berupa gambar-gambar yang berada dalam dimensi fisik dunia, pada layar proyeksi bawah sadar fikiran. Ini seperti mimpi tetapi dalam keadaan sadar dan terkontrol. Tentu saja gambar-gambar yang berupa simbol-simbol tersebut sesuai dengan pengertian ku dan harus diterjemahkan dengan bahasa kata-kata.



Begitulah kira-kira cara kerjanya. Sulit untuk bisa dimengerti kecuali mempraktekkannya langsung. Karena ini berkaitan dengan pengalaman. Kata-kata hanya menggambarkan suatu maksud, tetapi bukan maksud itu sendiri.



Beberapa malam yang lalu ketika itu kulakukan, aku melihat segerombolan awan hitam yang berarak dari ibu kota sebagai pusat, ke arah timur. Gelap di timur menjadi semakin gelap dengan datangnya iring-iringan awan hitam. Membuat beberapa bintang yang tadinya terlihat samar menjadi semakin tidak terlihat karena tertutup oleh iring-iringan awan hitam. Aku rasa ini berkaitan dengan gejolak di Papua yang sepertinya tahun depan akan semakin memanas. Bahkan beberap pahlawan Papua yang menginginkan Papua merdeka (karena menurut mereka mereka di jajah oleh Indonesia) di redam oleh kekuatan dari Jakarta. Tahun depan Papua belum terlihat bersinar. Mudah-mudahan prediksi intuisi batin ku tidak benar. Kasihan saudara ku di Papua.



Aku juga melihat SBY yang sedang mengecat kursinya dengan warna merah di tengah lapangan bola yang tanah di tengahnya kering kerontang dan hanya sebagian pinggir lapangan yang terlihat berumput, itupun jarang dan sedikit. Menurut ku SBY tahun depan kursinya akan semakin panas (walaupun tidak sepanas api), karena ulahnya sendiri. Bisa jadi karena beberapa persoalan yang baik secara langsung maupun tidak berhubungan dengannya seperti kasus Century, kasus Nazaruddin maupun kebijakan-kebijakan yang dibuatnya yang tidak menghasilkan kebijakan bagi rakyat banyak. Kalaulah lapangan bola itu gambaran dari negara Indonesia, maka negara kita hanya telah kehilangan kewibawaannya di mata dunia. Bahkan di dalam negeri, kewibawaan pemerintah hampir-hampir tidak ada, dan ini adalah bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Walaupun kerusuhan massal 98 aku yakin tidak akan terjadi di tahun depan, karena kecerdasan rakyat sudah semakin meningkat. Namun tetap saja kita semua mesti waspada.



Kemudian aku juga melihat api yang keluar dari bawah tanah yang berasal dari lubang-lubang yang muncul begitu saja. Beberapanya bahkan meledak dahsyat dan menghancurkan sekitarnya. Aku rasa ini gambaran dari alam yang bereaksi merenovasi diri dari energi emosional negatif manusia, berujud bencana alam. Sekarang saja bisa kita rasakan, begitu panasnya bumi yang kita tempati sekarang ini sejak 7 tahun terakhir, dan semakin panas akhir-akhir ini. Bahkan tahun ini saja aku rasa adalah kemarau yang paling panjang yang pernah aku alami.



Penulis : INDI SUJAWE Praktisi spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar