15 Des 2011

raja dan hamba sahaya

Ni Nengah Hardiani:
kalangan yg merasa ningrat di bali biasanya berbahasa kasar kepada orang bali lain yg dari kalangan kebanyakan. sedangkan kalangan bawah di bali (kasta bawah) biasanya bicara bahasa bali halus dgn yg dari kalangan ningrat, dalam pergaulan di bali ini masih berlaku sekarang. saya biasanya lebih memilih berbahasa indonesia kalau berbicara dengan kalangan ningrat di bali, karena kalau tidak, sesuai nama saya, saya mesti berbahasa bali halus dgn mereka, sedangkan mereka berbahasa kasar dgn saya, saya tak suka diperlakukan begitu. jadi saya pilih pakai bahasa indonesia supaya setara. jaman sekarang sudah tak ada raja dan hamba sahaya, yg ada pejabat publik dan masyarakat yang dilayaninya.
Like · · Share · 4 hours ago

Wandha Chandra, Kereta Jiwa, Nite BedCover and 21 others like this.

Wayan Purwacita: yg ada malah orang mau jd raja lagi....aneh gumi baline jani
4 hours ago · Unlike · 1

Adrijan Adiwinata: Oh jadi di Bali ada tingkatan bahasa kayak di Jawa juga...
Memang harusnya ada kesetaraan! Tapi kita juga harus konsisten dalam meniadakan tingkatan2 itu. Secara umum di Indonesia yang masih jadi masalah adalah budaya senioritas. Hanya saja kultur turunan masyarakat feodal ini kelihatannya masih mau dilestarikan. Maka kalau mau secara kaffah membumikan kesetaraan, harusnya dilawan juga. Lha wong yang punya modal, ilmu, kekuasaan, tenaga aja kalau salah dihajar, masa mentang2 lebih bangkotan minta dihormati lebih. Aku juga anti dengan hal ini, karena kebetulan hampir tidak pernah bersentuhan dgn sistem kasta itu.
4 hours ago · Unlike · 1

Sri Agung: kayaknya gak semua yg ningrat berbahasa kasar sama yg kalangan kebanyakan , masih tetep menghormati kalangan apa saja kok, tetep ajeg bali aja, krn ada tempatnya dimana kita saatnya berbhs bali dan dimana saatnya kita berbhs indonesia
4 hours ago · Unlike · 1

Aditya Sylvana: dengan berlalunya waktu, maka kalangan "bawah" justru menjadi orang-orang terpelajar dengan tutur kata halus dan berbudaya, sementara yang ningrat malah jadi seperti preman jalanan yang berbahasa kasar. ah! hidup ini memang penuh warna
3 hours ago · Unlike · 2

Sri Agung: maaf, orng bali gak ada kalangan preman jalanan, semua sama. hanya orng yg gak mengerti aja yg membuat perbedaan itu
3 hours ago · Unlike · 1

Aditya Sylvana: jangan marah bu Sri, saya bukan mengatakan orang Bali ada yang kalangan preman jalanan...hanya...bahasa menunjukkan budaya dan cara pikir. orang yang terbiasa berbahasa kasar, pasti akan dinilai demikian.
3 hours ago · Unlike · 1

Sri Agung: krn bhs kasar yg maksud sama mbak yg menulis status ini sy yakin bukan bhs preman yg anda tau
3 hours ago · Unlike · 1

Fera Yudiastuti: Bahasa gado-gado aja mbok, campur English dikit juga kayaknya bakal seru tuh, hehe... awalnya saya juga nggak suka diperlakukan sprti itu, lalu saya kerjain aja...kalo dia pake bahasa yg nggak halus, saya jawabnya sesuai dengan tingkat bahasa yg dia pake, biarin aja dia mau pikir saya apa ;p tapi setelah saya pikir-pikir lagi, bagus juga saya dikasi kesempatan berbahasa halus, lumayan buat menghaluskan jiwa juga sekaligus belajar bahasa kurang halus dr mereka buat pergaulan sama temen2 sebaya biar lebih nyambung dan cepet akrab...
3 hours ago · Unlike · 2

Sri Agung: dlm bergaul mm perlu banyak bhs,dgn teman bisa berbhs apapun dia kita sambung dgn bhs yg sama akan lebih akrab, tp dgn orang yg lebih tua tetep berbhs yg lebih halus, jd kita perlu melihat dimana kita n dgn siapa kita berbicara, biar bisa menempatkan diri kita yg lebih baik
3 hours ago · Unlike · 1

Flunitrazepam Nitrazepam: itu kan kata orang yg hidup suseh mbak, kalau yg kaya-raya, berkuasa dan keturunan ningrat mana mau dibegitukan.
3 hours ago · Unlike · 1

Sri Agung: gak semuanya begitu, itu krn anda blm mengenal mereka
3 hours ago · Unlike · 1

Trimurti Yoga Kundalini: nice, very nice.
Pd level Samadhi semua manusia sama didlm segala halnya.
tyk school n training.
3 hours ago · Unlike · 2

Agung Pindha: Cara menghancurkan bali sangat mudah... hancurkan bahasanya , maka budayanya juga akan hancur , dengan demikian lebih mudah masuknya islam dan kristen ke bali , Jadi automaticly seni tari , arja , topeng , wayangpun pasti hancur karena semua itu memakai bahasa bali halus atau jawa kuna .Soooo .. orang bali yang mau menghancurkan Bali, silahkan,,, mulai dari bahsanya.
2 hours ago · Unlike · 3

Ni Nengah Hardiani: saya mengerti bahasa bali halus, tapi memang kurang fasih menggunakannya. tapi apabila saya sudah berbahasa bali halus dan lawan bicara saya menjawab dengan bahasa bali kasar, hanya karena dia merasa ningrat, maka lebih baik saya berbahasa indonesia saja, supaya sadar realita, ini tahun 2011, bukan jaman kerajaan jadul.
about an hour ago · Like

Flunitrazepam Nitrazepam: ‎Agung bener, itulah mengapa kaum2 muda diracuni oleh paham sekularisme, pluralisme dan kesetaraan, padahal inti Dharma dalam ajaran Hindu adalah kasta. Tanpa Kasta, maka matilah Hindu dari muka bumi ini. Di dalam Bible, Veda, Quran, sistem kelas masyarakat diatur, bisa berdasarkan profesi, kelahiran dan kekayaan. perkenankan saia mengutip Sri Aurobindo: We must realise that the ancient Aryan Rishis meant by the Chaturvarnya (four castes) not a mere social division, but a recognition of God manifesting Himself in fundamental Swabhava(individual nature), which our bodily distinctions, our social orders are merely an attempt to organise in the symbols of human life, often a confused attempt, often a mere parody and distortion of the divine thing they try to express. Every man has in himself all the four Dharmas, but one predominates, in one he is born and that strikes the note of his character and determines the type and cast of all his actions; the rest subordinated to the dominant type and helps to give it its complement. No Brahmana is a complete Brahmana unless he has the Kshatratejas in him, the Vaishyashakti and the Shudrashakti, but all these have to serve in him the fullness of his Brahmanyam. God manifests Himself as the four Prajapatis or Manus, catvāro manavah of the Gita, and each man is born in the amśa of one of the four; the first characterised by wisdom and largeness, the second by heroism and force, the third by dexterity and enjoy- ment, the fourth by work and service. The perfected man develops in himself all four capacities and contains at once the god of wisdom and largeness, the god of heroism and force, the god of skill and enjoyment, the god of work and service. Only one stands dominant and leads and uses the others.
[Sri Aurobindo, Sapta-Chatusthaya, SABCL Supplement Vol 27].
49 minutes ago · Unlike · 1

Agung Pindha: maybe we ought to be a bit more careful about caste , karena dalam Veda caste itu tidak ada , di Bali ada Kasta karena memang sejak dulupun sudah ada , sebelum Hindhu masuk , dalam Veda yang ada hanya Varna , tingkatan manusia sesuai dengan tugasnya masing masing , sayangnya Varna ini dicampur baur dengan Kasta , yang juga system social di India , orang bali sekarang hanya berfokus kepada bekas kerajaan yang generasi barunya memang agak salah kaprah.. bahasa bali halus HARUS dipergunakan bila adreesing sulinggih , pedanda and the like , sayang sekali orang Bali yang baru melek ( mentang mentang tinggal di Jawa ) kurang memahami hal yang ini . Hukum penjajahan mengatakan : if you want to conquer a palce , first destroy their language , that in effect will destroy their culkture , than you will easily destroy their sence of belonging , that way you alkready conqere them..... , saya tinggal di luar negeri sudah bertahun tahun , tapi saya masih mempertahankan bahasa dan kebudayaan saya .. you can take the boy aout of the country , but you can't take the country put of the boy... katanya.
40 minutes ago · Unlike · 2

Ni Nengah Hardiani: kalau seseorang tingkah lakunya baik, tentu saya akan bersikap dan berbahasa baik padanya, bahasa halus dsb, tapi yg saya maksud dlm hal ini adalah, orang yg sikap dan bahasanya kasar tapi 'memaksa' minta perlakuan baik/bahasa halus.
5 minutes ago · Like

Ni Nengah Hardiani: mengenai budaya bali terkait bahasanya, banyak orang bali dari kalangan ningrat/merasa ningrat sangat arogan dan eksklusif mengenai warisan budaya bali ini. sehingga kadang2 saya berfikir, apakah sifat arogan itu yg dominan dia warisi dari leluhurnya? arogan dan memperbudak orang lain.
3 minutes ago · Like

Agung Pindha: tidak perlu ningrat untuk arogan , coba saja deal dengan administrasi pemerintahan ( seluruh Indonesia ) apalagi kepolisian dan imigrasi , arogansi tidak ada hubungannya dengan keningratan , banyak hubungan dengan merasa berkuasa dan diperlukan.
11 hours ago · Like

Bara Vicky: sabar aja nduk, menghadapi seseorang
9 hours ago · Like

Ni Nengah Hardiani: Yg lucu tuh yg merasa jadi kaum ningrat di bali, beberapa udah ga punya apa2, ga punya kuasa juga, tapi tetap aja arogan, hanya karena merasa punya keturunan ningrat aja.
9 hours ago · Like · 1

Gde Rahmat Sarjana: baliku indahku semoga kesadaran senantiasa menjadi warna utamaMU
9 hours ago · Like

Ni Nengah Hardiani: Tapi tetap, saya tidak bekata/berbahasa kasar dgn mereka, kaum ningrat. Tapi supaya mereka tidak tambah besar kepala di satu sisi dan saya pun bukan budak, maka saya memilih memakai bahasa biasa yg wajar dan sopan. Karena saya pun tak suka kasar/kekerasan.
9 hours ago · Like

Agung Pindha: saya sendiri sering dikasarkan , walaupun saya pakai bahasa halus , tapi itu hanya mencerminkan level toleransi dan level intelek mereka , baik ningrat atau orang lainnya juga denikian . Kalau dari ningratnya itu masalah tradisi turun menurun uang agak sulit dihapuskan , but saya tidak komplain , mungkin itulah salah satu factor yang membuat bali seperti dulu dan sekarang.
9 hours ago · Unlike · 1

Agung Pindha: kita lihat dari senitari arja , topeng dan wayang... semuanya begitu , bagaimana mau menghapus yang bagitu ? berarti cerita dan bahasanya sendiri harus dirubah , berarti juga tradisi dan kebudayaanya harus dirubah , kalau sudah terjadi begitu , itu akan jelas menghancurkan Bali .
9 hours ago · Like

Gde Rahmat Sarjana: ok top bgt, mdh2an kejebak di situasi itu ya
9 hours ago · Like

Ni Nengah Hardiani: Seni yang sudah ada tak ada masalah. Ini hanya mengenai redefinisi, untuk orang2 yg terlalu mengagungkan keturunan bangsawan yg dimilikinya, tapi tak bersikap baik seperti pendahulunya.
9 hours ago · Like

Agung Pindha: kebudayaan itu adalah tradisi , kalau tradisi dirubah maka lebudayaan akan berubah , yang tidak setuju gapapa , bisa jadi islam atau kristen , jadi terlepas dari tradisi Bali .
9 hours ago · Like

Agung Pindha: Karena bagi orang bali , ini tidak bedanya dengan sembahyang keluluhurnya yang biasanya pakai bahasa bali halus , mau dirubah pakai bahasa kasar juga gapapa , terserah orangnya aja , tidak ada paksaan , agama Bali adalah agama Rasa , kalau rasanya ok , maka akan ok , tapi tidaklah adil kalau semua harus berubah karena maunya satu dua orang , lebih mudah kalau orang orang itu saja yang keluar dari tradisi yang sudah ada , kan masih ada islam atau kristen yang terlepas dari tradisi Bali tersebut. Kita masing masinglah yang harus berubah kalau mau berubah , jangan expect orang lain yang begitu banyaknya untuk berubah.
9 hours ago · Like

Ni Nengah Hardiani: Apakah tradisi yg sudah tidak relevan dgn jaman dan situasi juga harus tetap dipertahankan? Karena bagaimanapun juga kita hidup saat ini, bukan bali di tahun 70-an. Arogansi bangsawan dan hamba sahaya sudah tidak relevan dgn jaman.
9 hours ago · Like

Ni Nengah Hardiani: Tradisi bali juga sangat dinamis sebenarnya, dan pasti banyak pengaruh asing dalam pembentukannya, india pasti. Cina juga ada, buktinya, uang kepeng sebagai pelengkap upacara yg penting adalah uang dgn aksara cina.
9 hours ago · Like

Agung Pindha: suka atau tidak , itulah Bali , dari kata Wali yang berarti Banten/ sesajen , semasih namanya Bali maka akan selalu berbau mystique , mungkinkah itu berubah ? mungkin saja dari segi social , tapi dari segi niskala , sangatlah sulit , karena Bali/ wali itu adalah factor niskala . Pilihan kembali ke diri masing masing , kalau sudah tidak sanggup menjalankan tradisi Bali , bisa aja ambil jalan lain seperti beberapa orang bali yang lari ke kristen atau islam , karena tidak ada tradisi Bali/ wali disana , semua bebas , tidak ada yang menjadi budak , dan ini bukan perbudakan , buktinya Bali sekarag toh dipimpin oleh Wesya , mangku Pastika , pokoknya bebas bebas aja , kalau sudah bosan dan muak jadi orang bali , boleh pindah agama , bebas koq .
9 hours ago · Like

Ni Nengah Hardiani: Out of topic nih, masalah arogansi, yg dibahas, malah jadi disuruh pindah agama.
9 hours ago · Like

Agung Pindha: ya... betul saran upacara dan upacaranya sendiri di pura pura yang ada sekarang itupun hasil dari kerjasama rakyat jelata dengan raja rajanya , jadi bisa dibayangkan kalau tradisi itu dirubah , maka pura pura itupun jadi irelevan , bisa dibayangkan bagaimana Bali jadinya?
9 hours ago · Like

Agung Pindha: koq OOT ? kan masalah arogansinya katanya karena omongan kasar oleh raja raja ? topic masih sama.... karena itu bagian agama Bali.
9 hours ago · Like

Ni Nengah Hardiani: Redefinisi: kerjasama antara pemimpin dan yg dipimpin tetap perlu. Tapi menyembah-nyembah orang hanya karena keturunan, padahal secara pribadi tak kompeten sbg pemimpin, itu yg tak relevan lagi.
8 hours ago · Like · 1

Agung Pindha: Karena masalah bahasa ini erat hubunganya dengan tradisi , kbudayan dan agama Bali , tidak bisa di nit picking satu saja ( bahasanya saja) , karena erat hubungannya dengan lainnya , jadi itulah agama bali , maka kalau tidak suka sebaiknya pindah aja agama lain atau tidak beragama atau tidak menjadi orang Bali .
8 hours ago · Like

Ni Nengah Hardiani: Saya tak ada masalah untuk menghormati orang yg memang patut dihormati, tak peduli keturunannya, dari kalangan bangsawan atau biasa.
8 hours ago · Like

Agung Pindha: sebnarnya masalah keningratan ini tidak saja terjadi di Bali , di jawapun sama , adanya sungkeman dan nyium tangan yang lebih tua , yang muda ngomong kasar thd yang muda , disetiap system kerajaan dimana mana ada , termasuk di thailand dan di england , kenapa itu dipermasalahkan .
8 hours ago · Like

Ni Nengah Hardiani: Yang saya soroti adalah penyalahgunaan bahasa untuk merendahkan orang. Kalau penggunaan bahasa itu memang canggih dan memang bisa menjelaskan sesuatu secara mendalam, dengan senang hati saya mau mempelajari dan memakainya.
8 hours ago · Like

Agung Pindha: kalau begitu pelajarilah dulu babad Bali dan adat istiadat bali , lihat baik buruknya , tapi pelajari dulu sulitnya hidup sebagai orang Bali , saya yang diluar negeripun masih kena , tapi yang saya lihat keindahannya itu , buktinya para profesor dan intelek luar negeripun bisa menghargai tradisi Bali , karena mereka tahu baik buruknya , kenapa kita yang Bali justru complain?
8 hours ago · Like

Agung Pindha: pembicaraan ini dibaca oleh ratusan orang bali dimember kita .
8 hours ago · Like

Ni Nengah Hardiani: Ini bukan komplain, tapi mengkritisi ketidakadilan yg terjadi. Saya sudah tahu sulitnya jadi orang bali dan hidup di bali. Sejak tahun 1990 sd. sekarang, saya 'terpaksa' tinggal di bali.
8 hours ago · Like

Agung Pindha: memang ada beberapa dari keturnan ningrat yang tidak tahu tempatnya sendiri , maka ada sesonggan bali yang mengatakan , peljahin rage negak ning.....
8 hours ago · Unlike · 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar