Main air basah, main api terbakar, main pasir kelilipan..
Disana yg Banyak Pasir
by Leonardo Rimba II on Wednesday, December 21, 2011 at 3:59pm
Saya tidak suka menipu diri sendiri dan orang lain dengan bilang leluhur kita berbudi-pekerti tinggi. Setahu saya, leluhur saya yg dari Sulawesi gemar potong kepala orang sebagai bagian dari ritual inisiasi memasuki alam kedewasaan. Praktek mengayau (potong kepala orang dari kampung tetangga) dipraktekkan oleh banyak etnik Indonesia. Dan praktek bejad seperti itu baru bisa dikikis habis setelah Belanda masuk. Praktek-praktek tidak berperi-kemanusiaan dilarang tegas oleh Belanda, termasuk praktek suttee (menceburkan diri ke api pembakaran jenazah suami), yg masih dipraktekkan di Bali sampai akhir abad ke 19.
Setahu saya Leluhur itu produk juga; bisa dijual, ada konsumennya.
Yg paling lucu, orang Belanda selalu disalahkan mengingat masih maraknya mental feodal di kalangan orang Indon. Selalu disalahkan penyebabnya adalah penjajahan oleh Belanda. Itu benar-benar pendapat salah kaprah yg bikin orang Belanda sendiri gulang-guling sambil tertawa terbahak-bahak hahaha
Why? Karena Belanda sendiri bukan negara feodal. Bentuknya memang kerajaan, tetapi raja or ratu adalah jabatan turun-temurun. Raja or ratu Belanda is pejabat, ada sumpahnya. Pakai sumpah jabatan dan bukan penobatan. Yg pakai penobatan itu raja-raja Jawa, dan itulah yg feodal dari dulu dan, mungkin, sampai sekarang.
Saudi Arabia lain lagi, itu negara milik satu keluarga, yaitu keluarga Al Saud. Saudi Arabia artinya Arabia milik keluarga Al Saud. Rajanya dipilih oleh anak-anak pendiri negara itu. Semuanya masih anak dari pendiri negara itu karena, maklumlah, anaknya banyak sekali. Ratusan. Dia kuat berhubungan sex dengan banyak perempuan.
Setahu saya, Belanda adalah negara yg paling demokratis dan liberal di satu dunia. Sudah demokratis dan liberal bahkan sebelum negara AS berdiri. Bahkan lebih demokratis dan liberal dibandingkan Inggris yg masih punya sisa-sisa budaya feodal. Raja atau ratu Inggris dinobatkan. Ada upacara penobatannya. Tetapi raja atau ratu Belanda tidak pakai acara penobatan. Cuma disumpah saja.
So, kita belajar untuk makin lama makin pintar. Makin banyak yg terbuka, dan kita makin bisa berpikir dengan lurus dan tidak bengkok-bengkok.
Kalau anda lupa, mungkin perlu saya ingatkan bahwa RA Kartini berjuang melawan feodalisme Jawa, dan bukan feodalisme Belanda. Yg membantu Kartini adalah orang-orang Belanda, sedangkan orang-orang Jawa sendiri menganggap sudah sepantasnya Kartini berhenti sekolah dan menjadi istri bupati atau, lebih tepat, istri resmi bupati, karena the bupati sudah dan masih punya beberapa istri lainnya. Itulah feodalisme. Feodalisme Jawa, bukan Belanda.
Saya rasa etnik-etnik lainnya di Indonesia tidak segila etnik Jawa dalam hal ingin dihormati. Tidak gila hormat sampai sebegitu jauh. Gila hormat itu ciri masyarakat feodal. Ingin dihormati dengan segala macam cara, bahkan biasanya dengan cara menekan manusia-manusia lainnya dan mempertontonkan segala macam gelar. Itu sikap kampungan. Masih banyak di Indonesia.
So, spiritualitas adalah hal menjadi diri sendiri saja. Menjadi diri sendiri termasuk berpikiir biasa-biasa saja. Tidak ada yg hebat luar biasa dari apa yg saya tuliskan. Saya rasa semua teman juga sudah tahu itu, walaupun mungkin ragu karena tidak ada yg membicarakannya. Kita bisa bicarakan apa adanya saja dan, kalau mau, bisa mencoba menyodorkan solusinya. Solusi dari saya sudah ada, yaitu anda tidak perlu panggil saya pakai gelar. Panggil saya Leo saja. Saya bukan feodal.
Pejabat-pejabat NKRI juga kelakuannya sengak. Mereka pelayan rakyat, tetapi bertingkah-laku seolah-olah tuan. Mungkin meniru gaya priyayi Jawa. Gaya feodal. Maunya dilayani. Pelayan kok mau dilayani?
Tentu saja gaya feodal NKRI juga relatif baru setelah sempat hilang beberapa saat di jaman pemerintahan Sukarno. Waktu itu anda cukup panggil presiden dengan Bung saja, yaitu Bung Karno. Bung itu sapaan dari Indonesia Timur. Dipakai karena tidak berkonotasi feodal. Tetapi, setelah Bung Karno ditendang ke habitatnya yg sempurna, NKRI kembali lagi menjadi feodal. Sekarang main bapak-bapakan. Kalau sudah merasa diri senior, harus dipanggil bapak. Kalau tidak begitu, merasa tersinggung. Itu konyol. Gila hormat. Cuma orang Indon yg tidak kenal dunia internasional saja yg gila dipanggil bapak. Saya sendiri tidak mau dipanggil bapak.
Demi menjaga kelurusan you punya otak, mungkin perlu juga saya tuliskan bahwa Saudi Arabia bukan negara feodal. Itu negara tribal atau kesukuan. Yg berkuasa sekarang adalah suku atau clan Al Saud. Feodalisme berkonotasi dengan penguasaan tanah, sedangkan Saudi Arabia miskin tanah. Disana yg banyak pasir.

Banyu Segara: Bahkan sampe detik ini, ratu belanda kalo bepergian naik transportasi umum, tdk dengan pengawalan ekstrim dan malah bergabung umpel2an di kereta bersama warganya.. Bener2 patut diacungi jempol..!!
4 hours ago via mobile · Like · 2
Johannes Nugroho Onggo: Sanusi Nah itu etimologinya kata gelar perlu diteliti Leo, kok kesannya memang gelar harus dikeluarkan seperti gelar tikar.
4 hours ago · Like · 1
Banyu Segara: Beda dengan orang kita, beli mobil second kreditan, maunya dibukain pintu sama sopirnya, sambil kipas2 dan mbenerin gincu.. Norak.!!
4 hours ago via mobile · Like · 1
Benediktus Sudjanto: sebenarnya di masa kini, jika kenal pribadi atau kenal kumpulan dekat misalnya raja Solo maupun anak-2nya (krn satu sekolah), mereka orang biasa yg suka kluyuran dan ingin bebas. hanya yg nanggung (misalkan OKB atau pejabat) yg malahan sering salah tingkah.
4 hours ago · Like · 2
Benediktus Sudjanto: feudalism versi kerajaan di Indonesia sudah hilang krn memang dipreteli oleh pemerintah, feudalism tanpa kekuasaan nyata dan uang akan terlihat lucu. perannya sudah pindah ke para pejabat publik, diperkuat oleh praktek agama dimana pejabat adalah juru bicara tuhan yg seakan kenal betul apa mau nya tuhan (bayangan pejabat) yg tentu saja pujangga-2 istana sudah digantikan oleh pendakwah-2 agama di media massa atau pertemuan-2 massal
4 hours ago · Like · 2
Johannes Nugroho Onggo Sanusi: Indonesia memang sangat beradab, sampai ada kata beliau, ada juga bahasa daerah yg ada tingkatan "kehalusannya" tapi kenapa kok sedikit-sedikit rusuh ya?
4 hours ago · Like
Benediktus Sudjanto: beliau-beliau biasanya yg bikin rusuh lho, terus disebutnya juga mentereng sbg 'aktor intelektual'
4 hours ago · Like · 2
Shilloh Jehova: cuma main kan?
3 hours ago · Like
Leonardo Rimba II: Cuma main, gak ada hadiahnya.
3 hours ago · Like · 1
Shilloh Jehova: wong cuma main thox, yo ga perlu ada hadiah.
3 hours ago · Like
Leonardo Rimba II: Kalo mao hadiah harus usaha sendiri, mark up proyek.
3 hours ago · Like · 1
Shilloh Jehova: setuju Mas Leo,tapi klo mark up proyek ntar ketangkep KPK gimana?
3 hours ago · Like
Leonardo Rimba II: Oh (semua bisa diatur)
3 hours ago · Like · 1
Shilloh Jehova: gitu ya?
3 hours ago · Like
Tri Kurniawan: bangsa indon memang biadab, haus darah, bahkan sampe skrg
3 hours ago · Like · 1
Ni Nengah Hardiani: Semua bisa diatur, bisa pesen kamar di LP yg ada ac-nya full fasilitas, kayak kamar hotel.
2 hours ago via mobile · Like · 1
Yana Savera: Wani pirooo ? :D
2 hours ago · Like
Ni Nengah Hardiani: Sewanya setahun, puluhan juta katanya.
2 hours ago via mobile · Like · 1
Jasiyem Pyung: wong,,,mai mainan ko pada repot seh,,,
2 hours ago · Like · 1
Ni Nengah Hardiani: Iya knapa repot2 main ke arab kalo sampe sana dipancung dan diperkosa. Disini pasir kan banyak di pantai, sampai diekspor ke singapura.
2 hours ago via mobile · Like · 1
Kang Nur: gila hormat lama-lama gila beneran.
3 hours ago · Like · 3
Leonardo Rimba II: Sudah jadi gila beneran, kalau anda belum tahu. Silahkan klik link berikut yg memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki tingkat kegilaan tertinggi di satu dunia http://en.wikipedia.org/wiki/Epidemiology_of_schizophrenia
Epidemiology of schizophrenia - Wikipedia, the free encyclopedia
en.wikipedia.org
By using precise methods in its diagnosis and a large, representative population...See More
3 hours ago · Like · 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar