Leonardo Rimba:
Ada juga orang-orang yg mengaku spiritual dan berminat mengajarkan ilmu kasepuhan. Ini ilmu kampung. Tidak laku di dunia internasional. Di Jakarta juga tidak laku. Terlalu kampungan.
Leonardo Rimba: Yg tidak tahan adalah sombongnya. Membanggakan diri sendiri sebagai penganut budi pekerti luhur. Budi pekerti kelas kampung, yaitu yg tidak memiliki intelegentsia. Tidak punya kecerdasan, tidak memahami bahwa gaya bahasa memperlihatkan isi otak. Gaya bahasa yg memuja-muji diri sendiri adalah gaya bahasa orang tidak berpendidikan. Dan itulah yg disebut kampungan.
Leonardo Rimba: Saya bilang, mereka layak hidup di habitatnya sendiri. Sama saja seperti Majalah Misteri yg punya pembacanya sendiri. Majalah Misteri tidak sama dengan Majalah Tempo. Pembacanya juga tidak sama. Tingkat kecerdasan orang berbeda-beda, dan pantas diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berkiprah, walaupun dengan gaya bahasa mereka sendiri. - Di dunia spiritual juga seperti itu. Ada tingkatan spiritual. Bukan tingkat derajat, melainkan tingkat kecerdasan. Yg tingkat kecerdasannya rendah bisa bergabung dengan "Majalah Misteri" di dunia spiritual. Mereka yg membanggakan diri di dunia spiritual adalah "Majalah Misteri". Isinya iklan penyembuhan, pasang susuk, dlsb. Tentu saja tak ada garansi. Most are penipuans.
Leonardo Rimba: Yg laku di Jakarta adalah yg bisa berbicara jujur apa adanya. Kita di Jakarta benar-benar multikultural, tidak bisa membanggakan ke-Jawa-an, tidak bisa membanggakan leluhur, tidak bisa membanggakan garis keturunan, tidak bisa mengaku-ngaku sesepuh. - Sebenarnya bisa saja kalau mau, tetapi tentu akan ditanya. Kalau ditanya jawabannya ngalor ngidul orang tentu akan tertawa hahahaha
Leonardo Rimba: Ada orang yg suka pakai gelar, misalnya Ki Ageng Gondal Gandul. Saya tidak suka pakai begituan. Saya juga tidak suka dipanggil Pak, Om, dll. Anda cukup panggil saya Leo aja. Saya pakai tradisi orang Barat yg panggil nama saja. Kalau sudah kenal saya, bisa langsung panggil Leo saja.
Leonardo Rimba: Saya tidak melihat manusia berdasarkan derajat tinggi rendah. Tua atau muda. Saya lihat, setiap orang bisa memilih. Kalau mau masuk komunitas yg tingkat pendidikannya terbatas, ya masuklah. Kalau mau masuk komunitas yg rata-rata berpendidikan tinggi juga bisa. Banyak pilihan. - Dan saya pikir Komunitas Spiritual Indonesia termasuk yg members-nya berpendidikan tinggi. Rata-rata lulusan perguruan tinggi. Banyak yg S2. Kita tidak bisa lagi dibohongin oleh mereka yg mengaku punya ilmu kasepuhan. Kasepuhan artinya sepuhan, disepuh, dilapis. Isinya bisa saja batu kali, tapi disepuh emas. Kita tidak lihat sepuhannya, kita lihat isinya.
Leonardo Rimba: Mungkin yg jualan Ilmu Kasepuhan kebanyakan berasal dari Jawa Barat, sebab saya merasa mereka tidak punya sense of humor. Tidak bisa melucu dan ngeyel-ngeyel seperti orang Yogya. Bukan Kejawen. Which is very sad. - Kejawen juga bermacam-macam, dan terkadang saya suka juga, especially yg gaya Yogya, karena banyak humornya. Yg dari Jawa Barat mukanya lonjong, tidak tertawa. Kalau tertawa dianggap bisa hilang wibawa. Dogolz.
Leonardo Rimba: Tingkat pendidikan ada pengaruhnya, tetapi tidak mutlak. Lingkungan juga ada pengaruhnya. Kemauan juga ada pengaruhnya. Kita harus punya kemauan untuk maju dan tidak kalah dengan orang-orang internasional. Yg kita hadapi adalah satu dunia, bukan satu kampung. Kalau mau jadi orang Indonesia yg punya kebanggaan diri, jadilah manusia internasional. Mengerti gaya bergaul internasional. Mengerti cara bicara dan menulis orang internasional. - Sudah cukup orang Indon jadi bahan tertawaan orang-orang luar, bahkan jadi tertawaan sesama orang Indon sendiri.
Leonardo Rimba: Untuk Wayan Dogler dan teman-teman lainnya yg ingin bertanya, silahkan saja. Bisa tulis ke inbox saya, semua saya jawab. I am a dukun online. Tapi bahkan kata "dukun" saya gunakan untuk guyon-guyon. Terkadang kita saling memanggil "mbah", tetapi itu juga guyon-guyon. Kalau sudah serius, jadinya kampungan. We are never serious about such things. Kita cuma serius soal jujur sama diri sendiri. Kalau sudah jujur sama diri sendiri, yg lain bisa menyusul. Kalau masih mau main tipu-tipu, semakin lama the sepuhan semakin tebal. Sampai orang tidak mengira isinya batu kali.
Salam kenal :)
BalasHapus