Arief Rahman:
Kebangkitan Spirit dari ritual di Nusantara
Today at 09:21
Spiritualitas di Nusantara pada hakikatnya adalah Tantra.
Prinsip Tantra adalah Penerimaan (bahasa Jawanya: Nrimo, bahasa Arabnya: Ikhlas).
Tantra tidak me-nafi-kan, tapi meng-ya-kan.
Tantra merangkum semua perbedaan menjadi Kesatuan: Bhinneka Tunggal Ika.
Tantra tak bisa menjadi agama atau sekte atau satu metode tertentu, karena Tantra menerima semua metode (termasuk metode-tanpa-metode).
Tantra selalu terbuka, seperti ruang angkasa.
Tapi, Tantra memiliki satu "Kunci-Rahasia" yang dapat menyatukan keragaman menjadi Kesatuan, Ketiadaan menjadi Keberadaan, Penolakan menjadi Penerimaan, Ketertutupan menjadi Keterbukaan, Perbudakan menjadi Pembebasan, Kelampauan menjadi Kebaruan.
Kunci-Rahasia itu adalah CINTA...
Inilah awal dan akhir dari Tantra.
Tantra adalah CINTA.
Inilah KEKUATAN SESUNGGUHNYA dari NUSANTARA.
Agama-agama "Langit" di Timur Tengah dan Jazirah Arabia, sebenarnya adalah Tantra.
Tapi, mereka tak pernah bisa memahami atau membuang "Kunci-Rahasianya".
Karena itulah mereka kini menguasai dunia, tapi juga menjadi sumber pertikaian yang tak habis-habisnya di dunia.
Tantra juga merupakan energi kreatif, energi penciptaan.
Karena itulah jalan spiritualitas apapun yang masuk ke Nusantara, tidak akan pernah sama lagi dengan asalnya.
Semua yang masuk ke Nusantara akan menjadi Abangan, menjadi Sinkretis, menjadi Baru.
Spiritualitas atau agama apapun yang masuk ke Nusantara akan diterima secara TERBUKA, tetapi akan diciptakan kembali menjadi sesuatu yang BARU. Inilah TANTRA.
Sayangnya, energi kreatif dari TANTRA ini menghilang atau sengaja dihilangkan selama berabad-abad.
Orang-orang di Nusantara tak lagi percaya pada kekuatan mereka untuk MENCIPTA, untuk menjadi SANG PENCIPTA.
Mereka pelan-pelan dibuat percaya bahwa mereka adalah budak-budak yang diciptakan.
Mereka pelan-pelan telah ditaklukkan.
Dan Nusantara pun menjadi tanah jajahan.
Itulah "pesan" tersembunyi dalam puisi The Vision of Tantra*).
Ini tentang kebangkitan "Spirit" dari "ritual" di Nusantara.
Tapi, sayang, banyak yang menafsirkannya hanya sebatas urusan pertemuan dua alat kelamin saja. Hehehe.
______________
*) Puisi
The Vision of Tantra
Oleh: Ahmad Yulden Erwin
1
Matahari yang mekar di pelupuk matamu adalah juga matahari yang mekar di pelupuk mataku saat bintang pagi terbaring di pangkal pahamu langit membakar semak di puncak bukit itu.
“Kita telah bebas dari segala perintah, Sayangku,” bisik embun yang melesap ke bawah pusarmu. “Kini segalanya tinggal desah, tinggal gairah yang merayap di liang rimbun itu,” undangmu.
Matahari yang pecah di kuntum yonimu adalah juga matahari yang pecah di pucuk linggaku saat bintang pagi bergoyang di pangkal pahamu langit membakar firman di lempeng batu itu.
2
BismillahFarjiMu
OmShantiShantiOmFalusKu
HeleluyahFalusKu
OmManePadmeHumFarjiMu
Embun yang menari di titik hara-ku adalah juga embun yang menari di titik hara-mu kala kuntum-kuntum padma di keningku terbuka maka terbuka pula petal-petal padma di ubunmu lalu seekor ular yang berabad telah tertidur dalam tulang panggulmu mendadak menyemburkan pelangi ke dalam tubuhku hingga seekor ular yang telah berabad tertidur dalam tulang panggulku ikut pula menyemburkan pelangi ke dalam tubuhmu.
3
Elohim! Rumpun perdu yang tumbuh di pangkal pahamu adalah juga rumpun perdu yang tumbuh di pangkal pahaku lalu seekor kutilang yang terbang di liang yonimu mendadak hinggap ke batang linggaku.
“Kicaukan rindu Sheba, ah, Pangeranku. Mazmurkan lenguh Cinta, duhai, Sulaimanku. Kicaukan rindu Meera, duhai, Bhagavanku. Gitakan desah Cinta, ah, Krishnaku.”
Elohim! Semut-semut yang mengejang di pangkal pahamu adalah juga semut-semut yang mengejang di pangkal pahaku lalu kuncup widuri yang mekar di liang yonimu mendadak mekar pula di pucuk linggaku.
“Aku bersaksi tiada Vagina selain PenisMu dan Aku bersaksi tiada Penis selain VaginaKu.”
_____
Special thanks to my Beloved Friend, Ahmad Yulden Erwin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar