2 Feb 2010

SASARAN SUDAH KENA

Teguh Haryanto:

Para pecinta bagaikan seorang pemanah dengan busur dan anak panahnya. Mereka selalu menjaga pikirannya agar selalu tak melantur. Karena pikiran yang melantur tak keruan bisa menghentikan anak panah mencapai sasarannya.
Jika engkau punya pikiran mudah dibelokkan oleh pendapat dan komentar orang lain, maka engkau akan terombang-ambing. Engkau tidak mempunyai pandangan yang teguh dan mantap. Sehingga engkau punya anak panah akan jatuh tersungkur patah ke tanah atau melesat tapi sama sekali tak mengenai sasarannya.


Walaupun dibombardir dengan banyaknya informasi dari segala macam sumber penjuru dimana orang cenderung membaca, mendengarkan, melihat semuanya tanpa ada lagi batas. Tentu saja semua itu bisa juga mengakibatkan kebingungan.
Bukan saja informasi yang salah dan tidak akurat atau yang hanya mengandalkan akal dan nalar saja untuk berdebat, malah ada juga yang mencoba memutar-balikkan kebenaran dengan cara yang teramat sangat halus yang disengaja untuk menciptakan keraguan dan kebingungan.


Walaupun begitu para pecinta sudah sangat mantap menetapkan sasarannya. Pikirannya tenang dan jernih, emosinya stabil. Mereka telah membidik sasaran... dan tak seorangpun atau sesuatupun yang dapat membelokkan arah anak panahnya. Karena para pecinta selalu menjaga pikirannya agar tetap terfokus pada sasaran, sampai terwujud dengan pasti tujuannya.
Para pecinta sama sekali tak terpengaruh oleh komentar-komentar, pendapat dan pandangan orang lain selama semuanya itu tidak benar menurut intuisi mereka.


Dalam keramaian pasar dunia ini memang masih saja ada yang suka merayu atau memaksa para pecinta untuk mengimani kenyakinan yang lain. Padahal sudah tahu para pecinta itu sudah larut sibuk dalam karya nyata mereka sementara yang lainnya masih suka asyik berdebat ria mana yang salah dan mana yang benar.
Kalau para pecinta terlihat sedang mendiskusikan sesuatu... sesuatu itu dipastikan akan berguna demi pertumbuhan kesadarannya. Percuma saja mencoba mendalili mereka dengan macam-macam teori. Para pecinta sudah sibuk mengaplikasikan kesadarannya dalam hidup mereka.


Para pecinta telah mendisiplinkan emosi dan pikiran sehingga menyebabkan anak panah kerinduan yang dilepaskan dari busur cintanya melesat cepat mengenai sasarannya ~ Hati Sang Kekasih.
Sang Kekasih yang menerima setiap anak panah yang diarahkan padaNya. Panah kerinduan ataupun panah kebencian, bagiNya adalah sama saja. Dan para pecinta menyadari ’Itu’ selayak Kekosongan Abadi. Apapun yang diarahkan ke ’Sono’ pasti akan kembali juga pada tuan yang mengirimnya.
Mana bisa engkau melukai Kekosongan Abadi... kalau bukannya engkau malah melukai dirimu sendiri.


Ada juga yang merasa gusar menyaksikan kewarasan para pecinta. ”Hai pemanah! Katakanlah siapa kamu sebenarnya?!”
- Cinta
”Kalian dari mana dan hendak ke mana?”
- Cinta
”Ke mana arah kiblatmu?”
- Cinta
”Heh! Dari tadi jawabanmu cinta cinta cinta. Cinta melulu. Apa kalian sudah gila?”
- Cinta
”Kalian bener-bener sableng...!”
- Cinta... Cinta... Cinta...
Kali ini para pemanah menjawabnya dengan cekikikan. Cinta... Cinta... Cinta... hihihihihi Cinta... Cinta... Cinta... wkwkwkwk.... Cinta....
Para pemanah tampak sangat bahagia dan ceria, polos apa adanya. Tapi bagi para penanya mereka tampak gila.


Para penanya semakin gusar dan dicekam kebingungan yang menyakitkan tatkala menyaksikan para pemanah malah bangkit menari berputar-putar menerbangkan debu..
“Sasaran sudah kena! Sasaran sudah kena!” Seru para pemanah. Mereka meledak dalam tawa. Cinta... Cinta... Cinta... hahahaha... Cinta... hahahaha... .


Kejadian yang berlangsung cepat dan spontan itu membuat para penanyapun sadar bahwa para pecinta sama sekali tidak menanggapi kehadiran dan pertanyaan-pertanyaan mereka. Dalam pikiran para pecinta yang ada hanyalah Sang Kekasih. Para pecinta betul-betul sudah terbius oleh kecantikan kekasihnya. Mereka memujanya siang malam untuk menghadirkan sifat-sifat Sang Kekasih dalam hidup mereka. Apa yang para penanya sangka sebagai jawaban para pemanah, ternyata adalah japa mantra, zikir para pemanah. Cinta... Cinta... Cinta... Cinta... Cinta.. . Ah, bodohnya para penanya itu.


Para pecinta adalah para pemanah itu yang sudah melepaskan beban kebencian, dokma dan doktrin. Mereka tak peduli komentar orang yang mengatakan itu adalah jalan atau another belief system karena bagi para pecinta yang penting adalah Cinta itu sendiri. Tapi mereka bisa saja menerima yang baru, untuk mencungkil keluar dokma dan doktrin yang lama dan kemudian sama-sama dibuangnya. Jangan dikira mereka masuk dalam mulut buaya setelah lepas dari mulut singa. Tidak. Para pecinta itu telah menyadari haknya akan pilihan bebas yang dimilikinya. Dan tak menilai maupun tak terikat dengan sesuatu hal.


Dan ketika ’Yang Terbayang’ berkenan menjelma, para pecintapun semakin kegirangan sejadi-jadinya. Debu-debu semakin tinggi terbangnya membuang sampah-sampah emosi terpendam. Wadah yang telah kosong kini siap diisi. ”Wahai Kekasih... isilah wadah ini dengan kasihMu.” Pinta mereka pada Sang Kekasih.
Inilah salah satu hukum spiritual. Bila Engkau menghendaki sesuatu hadir dalam hidupmu, maka engkau harus mengundangnya... memintanya terlebih dahulu agar berkenan untuk hadir. Dan yang diminta para pecinta bukanlah nomer togel jitu atau menang lotre, tapi adalah kasih dan Sang Kekasih itu sendiri.


Tapi wadah yang kecil memang tak muat untuk menampungNya. Meluap-luaplah Kasih itu. Meluber. Sehingga orang-orang yang berada di sekelilingnya pada kecipratan dan terguyur Kasih itu juga. Mereka jadi beku dan takjub ~ ikut terhanyut.
Tapi ada juga yang menyangkalnya. Itulah orang-orang yang sudah terbiasa menjadikan pikiran sebagai sultannya. Mereka senyum-senyum sinis, ”Lihat tuh, para pecinta bisanya cuman berkhayal dan berhalusinasi”. Tetapi saat itu para pecinta sudah tidak ada. Hilang. Larut... kayak gula batu dalam wedang jahe. Melebur jadi satu dengan kekasihnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar