7 Nov 2011

keledai

by Ni Nengah Hardiani on Saturday, September 24, 2011 at 12:30pm
Aku sering melihat orang yang bangga dan senang menceritakan tentang kecerobohannya, kemudian di lain waktu, dia akan mengeluh dan menangis karena menderita. Penderitaan yang dialaminya itu akibat seringnya dia berbuat ceroboh. Mengapa dia tidak bisa atau tidak mau belajar dari pengalamannya berbuat ceroboh kemudian menderita itu? Apakah dia menikmati siklus yang sama berulang itu?
Ada yang bilang, itu adalah sikap kekanak-kanakan untuk mencari perhatian. Mengapa dia tidak bisa bersikap dewasa, seiring pertambahan usianya?
Ada yang mengaitkan fenomena ini dengan ego. Apa dan bagaimana sebenarnya ego itu?
Dalam teori reinkarnasi, apakah orang semacam ini yang mesti mengalami kelahiran berulang kali sebagai manusia?
Terus-menerus mengulangi siklus kelahiran dan kematian yang menderita (samsara) karena tak mau belajar. Sebagai manusia tentu saja sudah dibekali dengan otak yang memadai untuk belajar, kalau tidak dia akan mempunyai otak dan badan binatang.
Mungkinkah orang semacam ini, yang dalam teori reinkarnasi akan menjelma menjadi binatang dalam kehidupan selanjutnya, setelah menjadi manusia dalam kehidupan kali ini?
Contohnya, orang yang tidak mau belajar dari pengalamannya berbuat salah, selalu jatuh di lobang yang sama, itu seperti keledai. Sehingga karena pada masa kehidupan saat ini dia menyia-nyiakan otak manusia yang dimilikinya, untuk kehidupan selanjutnya dia diberi wujud keledai, hidup sebagai keledai.
 
Orang semacam ini, dengan tertawa-tawa bangga menceritakan kebodohannya. Dia menipu dirinya sendiri, dengan menyebarkan cerita itu dia berupaya menipu orang lain juga.
 
 
Berbeda dengan orang yang menceritakan pengalamannya mengenai kesalahan yang telah diperbuatnya beserta akibatnya yang menjadi pelajaran dalam hidupnya. Dia bercerita agar orang lain bisa belajar dari pengalamannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar