20 Okt 2011

gelombang otak

Hansberger, seorang ilmuwan Jerman setelah PD I, menemukan bahwa kesadaran mempunyai kaitan erat dengan frekuensi gelombang otak. Gelombang otak adalah frekuensi pancaran otak yang direkam dengan electroencephalogram (EEG). Gelombang Beta mempunyai frekuensi 14 sampai 28 siklus per detik. Ini adalah kesadaran jaga kita. Ketika kita sedang tegang, kuatir atau sibuk dengan kegiatan yang menguras otak, maka Gelombang Beta yang mendominasi otak kita.

Gelombang berikutnya adalah Gelombang Alpha dengan panjang gelombang 8 sampai 13 siklus per detik. Pada gelombang ini seseorang masih berada dalam kesadaran jaga, tetapi dalam kondisi yang rileks, kreatif, bebas dari kekhawatiran – atau sering disebut sebagai kondisi meditatif ringan. Pada kondisi ini seseorang belum sampai pada keadaan tidur, namun pikirannya sudah tidak lagi aktif. Kondisi ini adalah kondisi netral di mana panca indera bekerja maksimal sehingga seseorang akan menjadi sangat “awas”.

Banyak latihan bela diri yang memiliki unsur meditasi di mana otak orang tersebut dapat mencapai Gelombang Alpha sehingga tubuh dapat merespons dengan cepat. Contoh: Tai Chi, Aikido, dan Ba Gua Chuan sering disebut moving zen, karena beberapa latihan-latihannnya menginduksi gelombang otak untuk mencapai Gelombang Alpha. Respons tubuh dengan cara ini berbeda dibanding ketika hormon adrenalin seseorang bekerja. Seseorang yang hormon adrenalinnya sedang bekerja, maka tubuhnya juga akan merespons dengan cepat, tetapi pada saat itu hanya kesadaran binatang (insting) yang terletak di batang otak yang aktif.

Berada pada gelombang Beta dan Alpha, seseorang akan memasuki keadaan Jagarita.

Gelombang yang sedikit lebih panjang lagi adalah Gelombang Theta yang mempunyai frekuensi dengan siklus 4-7 kali per detik. Inilah keadaan Svapna. Umumnya kondisi jaga anak-anak berada pada frekuensi ini, sementara orang-orang dewasa jarang yang berfrekuensi Theta pada kondisi jaga. Pada orang-orang dewasa, kondisi ini sering muncul menjelang tidur dan ketika sedang mengalami mimpi sehingga berhubungan langsung dengan alam bawah sadar orang tersebut. Seseorang yang sedang dalam kondisi meditatif secara mendalam, kreatifitasnya tinggi, dan reseptif terhadap hal-hal paranormal sebenarnya juga sedang mengalami Gelombang Theta. Tidak heran bila kita sering tidak bisa membedakan dengan tepat keadaan seseorang yang sedang bermimpi dengan seseorang yang sedang berhalusinasi. Pada saat bermimpi, seseorang mengalami REM (Rapid Eye Movement) atau mata bergerak dengan cepat.

Seseorang yangmengalami sleepwalking atau berjalan sambil tidur, gelombang otaknya pun juga berada pada tingkat ini. Tetapi, ketika bangun ia tidak ingat sama sekali apa yang telah dilakukannya, karena ia sebenarnya berada dalam alam mimpi. Seseorang yang berada dalam alam mimpi, umumnya ketika bangun tidur tidak ingat mimpi apa yang dialaminya.

Gelombang keempat adalah Gelombang Delta yang mempunyai frekuensi dengan siklus 1-3 per detik. Gelombang ini muncul pada saat seseorang berada dalam kondisi tidur tanpa mimpi (deep sleep) atau meditasi yang sangat dalam.

Sampai saat ini, ilmuwan baru dapat memetakan hingga deep sleep. Tetapi, ribuan tahun yang lalu para Resi sudah mengenal hingga tahap berikutnya yang disebut Turiya. Pada saat itu, seseorang akan mempunyai gelombang otak 0 siklus per detik. Akan sangat lama bagi para ilmuwan masa kini untuk membuktikan frekuensi 0 siklus per detik. Mereka akan menganggap seseorang yang berada pada kondisi itu telah mati secara klinis. Tapi, bagi para Resi, seseorang yang mati secara klinis belumlah mencapai kondisi Turiya. Bagaikan transmiter yang rusak, otak tidak memancarkan frekuensi apa pun karena otak sudah tidak berfungsi. Tapi, di lain pihak, penelitian pernah membuktikan bahwa seorang Yogi dapat menurunkan frekuensi otaknya hingga hampir 0 siklus per detik. Setiap beberapa menit atau jam, otak yang kelihatannya datar mengalami spike atau lonjakan. Frekuensinya menjadi satu dibagi beberapa ratus siklus per detik, tetapi tetap belum mencapai 0.

Gelombang otak manusia hanyalah medium. Apa yang dipancarkan bersama gelombang otak tersebut bisa berlainan. Jika tiga orang yang sedang tidur bermimpi dan ketiganya berada pada gelombang yang sama, maka tidak berarti ketiga orang tersebut bermimpi hal yang sama, meskipun kadang-kadang hal tersebut bisa terjadi. Seperti modem internet pada komputer yang menggunakan kabel telpon untuk mengirimkan sinyal-sinyal berupa data-data komputer. Data-data yang dikirim melalui sinyal-sinyal pada kabel telpon itu sesungguhnya dikonversikan ke dalam bentuk suara. Demikian juga pikiran manusia menggunakan medium gelombang otak hingga mampu dialami oleh seluruh bagian tubuh.

Pada saat seseorang sedang tertidur dan mengalami mimpi buruk, dia akan terbangun sambil berkeringat dingin serta jantung berdebar-debar. Apa yang hanya dialami dalam alam mimpi (kesadaran kedua), secara fisik dirasakan oleh tubuh dalam kesadaran jaga. Jadi, batas antara keempat keadaan tersebut tidak sejelas yang dikira.

Dalam alam mimpi seseorang hampir tidak bisa 'berpikir'. Bahkan untuk menyadari bahwa dirinya sedang bermimpi pun tidak bisa. Ketika ia menyadari dirinya sedang bermimpi, maka sebetulnya saat itu ia sedang tidak bermimpi.



(Sains dan Spiritualitas, Roy Budi Efferin, One Earth Media, 2006)

Unlike · · Unfollow Post · 14 hours ago



You, Leonardo Rimba, Barry Yusepin, Arjun Gomo and 4 others like this.



Frans Hananto Membicarakan gel. pikiran tentu sangat berkaitan dengan komunikasi dan representasi.

Afiliasinya menuju pada komunikasi internal (batin),di mana manusia mencapai circle of exellent kemudian diimplementasikan pada setiap visinya.

Dalam hal martial art sudah seringkali digunakan utk peningkatan baik tehnik maupun power.
Indonesia merupakan salah satu yg pesat sekali mengembangkan tehnik komunikasi internal (Hypnosis,NLP,Neuro semantik).

13 hours ago · Unlike · 1 person



Ni Nengah Hardiani kadang2 aku suka baca yg semacam ini, tapi kadang2 mumet juga.

13 hours ago · Like · 2 people



Frans Hananto sebetulnya apa tepatnya yg bikin mumet mbak Nengah?..membaca,memhamainya?ataukah karena persoalan lain..

13 hours ago · Like



Ki Mansu sama mbak Nengah, aku juga gitu, belum begitu paham

13 hours ago · Like



Muhamad Asyifudin sayang sekali pengetahuan (Hypnosis,NLP,Neuro semantik) terkesan mahal.

12 hours ago · Like



Ni Nengah Hardiani Kalo yg ini masih sederhana, kalo yg lebih lanjut lagi, lebih detail/rumit, mulai agak pusing, mungkin perlu waktu lebih lama untuk bisa paham.

12 hours ago via mobile · Like



Kang Tom's Ni Nengah Hardiani; aku nggak kadang lagi, pasti mumet. tapi ya aku baca berulang sambil cari referensi. yah namanya belajar...

12 hours ago · Like · 1 person



Frans Hananto sebetulnya gak perlu yg rumit,utk latihan paling ideal adalah self talk saat kita berpikir sesuatu...contoh:..tuhan membuat aku jadi baik>>self talk kita:..lho benarkah Tuhan buat aku "baik"..baik apanya,baikkepada apa,baik dari sisi mana,baik utk siapa ...bukanka yg kuperlukan adalah aku baik kondisi batin dan kondisi tubuhku,ya akulah yg merawat dan mengembangkan...

*****

Dalam kesempatan lain kita buat diri kita relaks dengan memerintahkan organ tubuh kita:..

!..wahai kepala pada saat ini saya perintahan anda utk relaks...

2.Wahai dada saya perintahaan menjadi relaksss..dan nyman..

3.Wahai punggung,saat ini juga jadilah relaksss..sangat nymannn..dan santai..

4.dan seterusnya....

setelah mencapai relaksasi penuh....
buatlah program dengan kata kata positif..

11 hours ago · Like · 2 people



Ni Nengah Hardiani Persis begitu frans, yg kamu tulis di komen ttg menanyakan pd diri sendiri, relaksasi untuk anggota badan kemudian pemrograman untuk positif itu pernah aku pelajari dan aku praktekkan.

4 hours ago via mobile · Like



Ariek CBholic Mumet bingung gpp, yg ptg dpt wawasan baru...

41 minutes ago via mobile · Unlike · 2 people



Ichsant Sopian self hypnosis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar