“Apakah si kaya mesti menyerahkan segala apa yang dimilikinya? Tidak. Jika itu yang terjadi, dan si kaya tidak memiliki sarana untuk menghasilkan uang, maka masyarakat kita akan kehilangan seorang yang memiliki kemampuan untuk itu.”
“Silahkan si kaya mengambil, menggunakan dan menyimpan secukupnya. Dan, silakan ia menjadi wali bagi sisa uang yang dimilikinya untuk digunakan bagi kepentingan masyarakat.”
Gandhi memang bukan seorang sosialis atau komunis. Ia tidak percaya pada egalitarianisme yang kaku dan dipaksakan. Ia berpihak sikap kerelawanan. Seorang kaya mesti secara sukarela berbagi dengan mereka yang kurang beruntung. Ya, secara sukarela, tanpa paksaan.
“Kesetaraan ekonomi tidak berarti setiap orang mesti memiliki segala sesuatu dalam jumlah dan ukuran yang sama.”
“Tidak seperti itu.
Kesetaraan ekonomi berarti setiap orang memiliki sesuai dengan kebutuhannya... kebutuhan seekor gajah tentu saja seribu kali lipat kebutuhan semut.”
Gandhi sangat pragmatis.
Ia tidak berkhayal. Pandangannya sangat realistis, masuk akal, dan dapat diterapkan.
Sistem ekonomi perwalian, sebagaimana dianjurkan oleh Gandhi, bukanlah ekonomi komunis atau sosialis. Si kaya tidak perlu takut. Hanyalah kesadarannya yang dibutuhkan – kesadaran untuk berbagi tanpa paksaan, secara sukarela.
Pilar-Pilar Ekonomi Perwalian
Ekonomi Perwalian ala Gandhi berdiri di atas dua pilar, yaitu: Pilar 'Semangat Berkarya Tanpa Pamrih Pribadi', dan 'Jiwa Kerelawanan'.
Sekali lagi, tidak ada paksaan.
Yang ada hanyalah kesadaran.
Dan, kesadaran itu muncul dari spirit manusia, dari rohnya. Kesadaran itulah spiritualitas, sekaligus kemanusiaan manusia.
Sulitkah mengaplikasikan sistem perwalian ini?
Sulit bagi mereka yang enggan berbagi. Mudah bagi Anda yang berjiwa besar seperti Mahatma.
Sistem Ekonomi Perwalian hanyalah memungkinkan jika kita memiliki semangat untuk berkarya tanpa pamrih pribadi, dan jiwa kerelawanan. Tanpa dua pilar itu, dua tiang itu, kita tidak dapat membangunnya.
Untungnya, mendirikan dua pilar itu tidaklah sesulit yang terpikir, atau terasakan. Kita dapat mendirikannya lewat pengalaman-pengalaman kecil dalam keseharian hidup kita.
(Karma Yoga bagi Orang Modern, Gramedia, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar