27 Okt 2011

Garmen Rajut

Sekitar setahun yang lalu aku bekerja di sebuah perusahaan yang memproduksi baju dan aksesoris dari bahan rajut. Pemilik usaha ini adalah sepasang suami istri, warga negara asing, asal Amerika. Lokasi perusahaan ini tidak begitu jauh dari tempat tinggalku. Suatu kawasan bernama Padangsambian, perbatasan Denpasar dan Kuta, Bali.
Yang terlihat dari luar adalah pagar batako yang tidak diplester setinggi sekitar 2,5 m, pintu gerbang dari besi dengan tinggi yang sama, serta tulisan nama perusahaan di pintu gerbang itu.
Aku bekerja di situ karena aku melihat ada tulisan, “Dicari Karyawati”, di pagarnya. Awalnya aku mengira itu garmen jahit, karena aku pernah bekerja di usaha jahit teman selama 2 tahun. Sesudahnya aku pernah juga bekerja di garmen kecil milik teman juga, jadi tukang jahit dan pola selama 6 bulan.
Ternyata bukan garmen jahit, tapi garmen yang memproduksi rajutan. Tapi, aku diterima bekerja di situ, mereka membutuhkan tenaga wanita untuk menyulam dan merenda. Aku bersama teman-teman yang baru masuk di-training selama 10 hari. Training menyulam dan crochet (rajut) dengan tangan.
Dua tahun aku bekerja di perusahaan ini.
Dalam website perusahaan yang aku buka, ada cerita singkat dari pemilik tentang riwayat awal mereka mendirikan usaha. Suami istri ini usianya aku taksir 35-40 tahun, sudah punya 3 anak. Menurut cerita yang aku baca di situs itu, suami istri ini sama-sama kuliah di salah satu universitas terkenal di Amerika, kalau ngga salah mereka kuliah di jurusan bisnis. Setelah lulus kuliah yang perempuan jalan-jalan (backpakers) ke Kalimantan, mengunjungi temannya. Kemudian dilanjutkan mengunjungi Bali. Dia jatuh cinta pada Bali karena di Bali banyak orang kreatif, dia ingin menetap di Bali. Wanita ini suka produk rajutan, sehingga dia menekuni bidang ini dan mulai mendesain dan memproduksi sendiri.
Menurut cerita teman yang lama bekerja di perusahaan itu, awal mula usaha ini hanya ada beberapa mesin rajut. Waktu aku bekerja di situ perusahaan ini sudah berdiri sekitar 7 tahun. Ada di dua lokasi pabrik dengan puluhan mesin rajut. Perusahaan juga bekerjasama dengan beberapa vendor (pengepul) untuk membantu menyelesaikan pesanan pelanggannya, semacam outsorcing. Sang istri fokus di desain, sementara sang suami sibuk di manajemen dan pemasaran.
Bekerja di situ aku bisa melihat bagaimana etos kerja pemilik usaha ini yang notabene orang asing dibanding umumnya para pemimpin/pengusaha pribumi.
Sang suami lebih suka dipanggil nama kecilnya saja, tanpa embel-embel pak/Mr. Pakaian sehari-harinya ke pabrik adalah T-Shirt dan celana longgar selutut, serta tidak lupa sandal jepit. Aku pernah memperhatikan sandal jepitnya, ternyata benar-benar sandal jepit biasa, bukan alas kaki bermerek. Kadang-kadang ia memakai T-Shirt yang lusuh, warnanya sudah agak pudar, mungkin betul-betul baju yang sudah lama. Alat transport yang digunakannya adalah sepeda motor honda supra, tak lupa ada jas hujan yang terlipat rapi di jepitan depan.
Bos laki-laki ini, yang jelas-jelas membawahi sekitar 200 karyawan, tak segan-segan memegang alat pel atau sapu untuk mengajari petugas cleaning service yang baru. Pernah juga aku lihat dia bersimbah peluh bersama karyawan pria lainnya, karena ikut memindahkan mesin rajut yang berat itu. Sering juga pagi-pagi dia sudah datang ke pabrik, untuk melihat sendiri, siapa karyawannya yang benar-benar rajin atau sering telat.
Aku sempat kaget pada waktu baru bekerja di situ, aku melihat atasanku (seorang ibu-ibu) yang mengkoordinir puluhan karyawan lain, sedang menyapu, walaupun sudah ada petugas cleaning service. Itu untuk memberi contoh tentang kebersihan kepada anak buahnya, bukan cuma omongan di bibir saja.

Sun Chang: semoga sang boz gak ketepak budaya ''citra'' SBY :))
7 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: kalo dibanding SBY, bagaikan bumi dan langit, beda jauh.
6 hours ago · Like
 
Indra Prayana: aduh jadi malu ... aku kerjanya facebookan doang :D
6 hours ago · Like · 1 person
 
Jaya Saba: wani piro
6 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: di perusahaan seperti itu gak bisa bilang "wani piro" semacam itu.
6 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: kalo kata2 kita gak bisa dipegang alias plintat-plintut, brarti "lewat", karena gak bisa main2 dgn deadline.
6 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: kalo mentalnya jelek/korupsi, itu perusahaan mungkin gak bisa jadi besar gitu, atau segera akan bangkrut.
6 hours ago · Like · 1 person
 
Hartoyo Yudowijoyo: sip
6 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: banyak ekspatriat (WNA) bikin usaha di bali, mereka sangat disiplin, sehingga bisa berhasil, agak beda dengan mental kebanyakan orang kita yg loyo dan omong besar doang.
6 hours ago · Like · 1 person
 
Ni Nengah Hardiani: itu sebabnya bangsa kita dijajah atau sekarang walaupun udah merdeka, tapi sumber daya alam kita dijarah.
6 hours ago · Like · 1 person
 
Jaya Saba: siapa yang jarah? pastinya mereka orang juga...! intinya jangan salah menilai bahwa aslinya mereka itu serakahnya apa kabar....
6 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: orang kita kebanyakan kurang bisa manajemen diri, boro2 mau manage orang. salah satu efek samping menekuni spiritual yg 'benar' adalah bisa memanajemen pikiran/diri sendiri.
6 hours ago · Like · 1 person
 
Jaya Saba: emang sich ag semuanya kayak gt tp realitinya penjarah paling wahid di nusantara ini adalah mereka
6 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: teman2 kerjaku di situ yg 'tahan banting' kebanyakan adalah 'lulusan luar negeri' alias mantan TKW, ada yg pernah kerja di hongkong, singapura, arab saudi.
6 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: Jaya Saba: knapa kita membiarkan mereka menjarah? knapa kita mau dijarah?
6 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: Jaya Saba: bagaimana sikap serakah mereka? bagaimana sikapmu melihat/mengetahui sifat/perbuatan serakah mereka?
5 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: Jaya Saba: kalau kamu diam saja, bersedekap seperti foto profilmu itu, ya mau bagaimana lagi, orang2 itu akan terus menjarah kita.
5 hours ago · Like
 
Ita Apulina Silangit: Terimakasih Ni Nengah Hardiani..kisahmu indah sekali.
5 hours ago · Like
 
Jaya Saba: beuh kirain lulusan s1/s2, TKW ta? trus yang bukan lulusan TKW emangnya ga pakek? udahlah... jangan silau dengan yg secuil nun jauh disana! banggalah dengan leluhur dan penerus bangsa sendiri! walaupun sedang tidak berdaya! ngapain harus bangga dengan orang asing yang notabene nyata-nyata pernah menjajah, membom atom dan memusnahkan kelompok etnis yang dianggap terbelakang, memperbudak dll.
4 hours ago · Like
 
Ni Nengah Hardiani: Ini bukan masalah bangga atau tidak bangga dgn leluhur. Atau masalah yg jauh disana. Ini mengenai yg ada di depan mata, saat ini.
3 hours ago via mobile · Like
 
Ni Nengah Hardiani: Aku lebih menghargai seseorang yg benar2 mau bekerja walaupun pendidikaƱnya tdk tinggi, dibanding lulusan s1 atau s2 yg keluar masuk kantor mencari/meminta pekerjaan.
3 hours ago via mobile · Like
 
Hartoyo Yudowijoyo:
Ni Nengah bisa menggugah nurani ...orang2 kita yang terlelap dalam mimpi....bak kisah2 sinetron indonesia......seandainya apa yang Ni nengah dikaruniakan pada hati orang2 yang berkuasa untuik berbuat.....itulah indonesia.....mereka menempatkan ijazah sebagi patokan....sedang kemampuanya dibawah ambang.....hari ini kita bicara bahasa spiritual....bukan sentimen etnis....dan juga bukan fanatisme dogma.....kita bicara fakta dari sudut pandang spiritualisme.....sebab dunia ini penuh keragaman....ga semua amrik jahat, ga semua arab baik, ga semua yahudi jahat, ga semua jawa baik, ga semua bali baik....itu semua pasti....wabil khusus Ni Nengah bicara soal etos kerja bukan amriknya.....hehehehe
42 minutes ago · Unlike · 1 person
 
Wignyo Prasetyo: mirip kisah nyata pada dokter dari Kuba yang ikut bantu-bantu pasca bencana Jogja. kalau dokter di Indonesia, itu membersihkan ruang praktek itu pekerjaan para perawat. dokter datang tau dah bersih..tapi dokter kuba itu sangat beda...mereka mau gotong-gotong orang yang aka dibawa....pagi-pagi dah siap bersih-bersih "ruang praktekt" nya sendiri, menyiapkan segala peralatan, dsb.



Tamasya bersama di Bedugul, Bali.

3 komentar:

  1. dimana alamatnya nie mbak??adik saya lagi mau cari kerja ngrajut benang

    BalasHapus
  2. Alamat pengepul/pengrajut yg pakai benang nilon di bali di mana ya pusatnya?

    BalasHapus
  3. Alamat pengepul/pengrajut yg pakai benang nilon di bali di mana ya pusatnya?

    BalasHapus