Hari Ibu di Indonesia yg dirayakan tanggal 22 Desember berasal dari perjuangan para perempuan radikal. Ekstrimis. Tidak mau dijajah pria dan dijadikan istri kedua. Ini perempuan-perempuan perkasa, banyak yg kemudian bergabung dengan GERWANI, yaitu onderbouw PKI. Kita semua tahu PKI akhirnya diberangus oleh Suharto dengan alasan terlibat G30S (Pedahal.. pedahal..). Tidak terhitung anggota GERWANI yg didzolimi oleh Suharto dan kroni-nya. So, kalau anda merayakan Hari Ibu, ingatlah, ini hari perempuan-perempuan radikal. Bukan perempuan yg rajin mencium tangan suaminya.
Plis jangan lagi salah kaprah, dan mengira Hari Ibu adalah untuk ibu-ibu penurut. Bukan itu, jauh panggang dari api. Hari Ibu adalah peringatan perjuangan para Kartini, yaitu para perempuan yg menggunakan otaknya, dan bukan vagina-nya saja.
Kalau anda merayakan Hari Ibu, plis ngat kepada perempuan yg sudah terbebaskan (enlightened women) yg gemar berhubungan sex tanpa harus terikat pernikahan, dan bahkan tanpa terikat jenis kelamin.
Ingat pula kepada pria-pria homosex yg rela menjadi ibu (sekaligus ayah) bagi anak-anak hasil hubungan gelap. Ibu dari anak-anak haram jadah ini adalah perempuan gatel, yg meninggalkan anaknya begitu saja setelah dilahirkan. So, the pria homosex menjadi ibu (sekaligus ayah) bagi anak-anak seperti ini.
Saya tulis disini sebab saya kenal pribadi seorang pria, member di Group Spiritual Indonesia, teman kita sendiri, yg baru saja mengangkat seorang bayi yg disia-siakan oleh ibu kandungnya karena anak ini hasil hubungan gelap dengan seorang pria jalang yg sekarang sudah kabur entah kemana. Bayi tidak berdosa ini adalah member kita yg termuda. Usianya kurang dari 3 bulan.
So, sekali lagi, jangan anda pikir Hari Ibu adalah hari perempuan lemah gemulai yg pasrah dikerjain oleh pria Mokodo (Modal Kontol Doang). Hari Ibu adalah untuk mengingat bahwa perempuan Indonesia aslinya radikal, ekstrimis. Tidak perduli dengan kontol karena tak ada rotan akarpun jadilah. Tak ada penis, vaginapun suka. Dan itu tidak apa karena cepat atau lambat UU Perkawinan Sejenis juga akan diterapkan di Indonesia. Tinggal tunggu waktunya saja.
Hari Ibu di Indonesia mengikuti inspirasi Mother's Day di AS. Berkaitan langsung dengan gerakan emansipasi perempuan. Feminisme. Ini perempuan-perempuan feminis, dan bukan perempuan sholehah. Yg sholehah kerjanya masuk dapur, ngaji dan nangis bombay ketika suaminya kawin lagi. Tetapi perempuan radikal tidak begitu. Ketika suami kawin lagi, perempuan radikal ikut kawin juga. At least berhubungan sex dulu dengan lelaki atau perempuan yg bisa memuaskannya.
Mungkin sekarang anda sudah mengerti bahwa saya bukan nasionalis fanatik. Bukan orang konservatif yg mati-matian mempertahankan pembodohan massal atau salah kaprah di berbagai bidang. Menurut saya, kalau masih ada etnik tertentu yg merasa berderajat lebih tinggi dari etnik-etnik Indonesia lainnya dan keturunan imigran dari Cina, Arab, India dan Eropa; kalau masih ada kelompok beragama tertentu yg masih merasa berhak menginjak-injak kelompok beragama lainnya; kalau masih tidak ada kebebasan berpikir dan berpendapat dengan alasan merusak tatanan dimana etnik tertentu dan agama tertentu memperoleh kedudukan istimewa; maka lebih baik negara ini dibubarkan saja.
(Leonardo R. notes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar