15 Des 2011

Budaya Asli Indonesia Itu Apa?

by Leonardo Rimba II on Wednesday, December 14, 2011 at 11:15am

Budaya asli Indonesia itu apa? Tidak ada. Yg namanya budaya Indonesia adalah import. Semuanya import.



So, teman-teman yg gila budaya asli dan otaknya tidak dipakai, silahkan menyingkir dari sini. Saya bukan orang bodoh yg bisa diteror oleh orang yg jualan budaya. Aslinya orang Indonesia telanjang. Yg memberikan pakaian kepada nenek-moyang kita adalah orang luar. Cina pengaruhnya besar sekali di kepulauan ini. Kebaya Indonesia merupakan adaptasi dari busana perempuan Cina. Pakaian adat pria Indonesia juga kebanyakan adaptasi dari busana pria Cina. Semuanya import.



So, jangan harap orang-orang yg mau jualan budaya bisa memamerkan kebodohannya disini. Aslinya kita ini berbudaya rendah. Pelecehan perempuan, penipuan diri sendiri, dsb. Itu fakta, tidak perlu anda merasa diri tinggi. Saya ini multikultural, tetapi kalau ada yg mencoba-coba menteror saya dengan membanggakan agama atau budayanya, saya akan bisa tunjukkan kedegilannya.



Kalau anda mau membanggakan yg asli, saya bilang yg asli itu penis dan vagina. Bahkan penis saya tidak asli, saya campuran segala macam orang. Penis anda mungkin asli, dan saya tidak perduli itu. Itu urusan anda. Tidak perlu dibanggakan disini.



Orang yg mau membanggakan budaya sama najisnya dengan orang yg jualan agama. Kita plural, multikultural, tidak perlu membanggakan keaslian.



Pluralis atau multikulturalis tidak lagi bicara asli atau tidak asli. Kalau anda manusia Indonesia, apapun latar belakang anda diterima. Kalau anda masih bilang ada asli dan tidak asli, artinya anda manusia cupat. Anda tidak pluralis. Anda norak, kampungan.



Apabila anda membanggakan yg asli artinya anda rasis. Kalau anda mau jadi orang asli, silahkan buka semua baju dan celana. Yg anda pakai itu semuanya tidak asli, semuanya import dari luar.



Untuk teman-teman semua, mungkin perlu juga saya berbagi bahwa saya sudah terlalu muak dengan orang yg jualan budaya seolah-olah kita punya budaya tertinggi di satu dunia. Itu salah besar. Akan lebih masuk akal kalau dibilang kita punya budaya termasuk terendah di satu dunia. Budaya tekan-menekan manusia, dan tipu-menipu diri sendiri adalah budaya rendah. Membanggakan diri sendiri sebagai berbudaya tinggi juga termasuk perilaku budaya rendah. Itu semuanya nampak jelas di mereka yg membanggakan budaya. Sadarlah.. sadarlah..



Mereka yg membanggakan agama dan budaya sama dangkalnya. Otaknya tidak jalan.



Orang yg membanggakan Islam sama memuakkannya dengan yg membanggakan budaya Jawa. Tapi, kalau ditanya tentang peradaban apa yg lebih tinggi nilai kemanusiaannya, saya akan jawab Islam. Islam itu budaya tingkat atas. Jawa budaya tingkat rendah. Buktinya banyak, dan anda harus mempelajarinya dengan teliti, tidak cukup dengan hanya bermain-main dengan slogan. Saat ini kebudayaan Islam memang terpuruk, tetapi dulu sudah pernah mencapai puncaknya. Jawa sekarang terpuruk. Dulu juga. Jawa tidak pernah punya puncak. Dari dahulu sampai sekarang terpuruk terus.



Saya tidak merendahkan budaya-budaya etnik Indonesia. Saya cuma mau menunjukkan bahwa bahkan orang Belanda sendiri bilang orang Jawa itu mental budak. Elemen penipuan dirinya besar sekali. Sampai sekarang etnik Indonesia yg suka menipu diri adalah etnik Jawa. Etnik lainnya tidak seperti itu. Menurut orang Belanda (dan ini patut dipercayai karena obyektif), orang Minang itu cerdas, makanya Belanda banyak sekali bangun sekolah di sana. Orang Ambon setia. Orang Menado suka foya-foya. Orang Bali berani. Yg paling parah orang Jawa, suka menekan orang. Dengan kata lain, hobby menciptakan budak. Mental budak.



So, let's get rid of it all. Kita manusia biasa saja, tidak perlu membangakan budaya asli. Aslinya kita ini budak. Sekarang sudah tidak asli lagi. Sudah bukan budak.



Sukarno tidak asli Jawa, bisa dilihat dari namanya. Asalnya dari nama Adipati Karna. Karna itu saudara sepupu Pandawa. Asalnya dari kisah Mahabharata. Kalau anda asli Jawa, nama anda adalah Paijo, Inem, dlsb. Pengaruh terbesar di Sukarno mungkin datang dari ayahnya yg seorang penganut Teosophi. Teosophi itu aliran spiritual Barat. Ibunya orang Bali yg tentu saja terpengaruh ajaran Hindu-Biuddha yg asalnya dari India. Sukarno sendiri suka membaca spiritualis Barat, seperti Ralph Waldo Emerson, seorang transcendentalist dari AS.



So, anda bisa mengecam perilaku anarkis mereka yg beragama tertentu, tetapi tidak pantas anda mengusir-ngusir mereka dengan alasan menganut agama import. Untuk anda yg belum tahu, saya tidak menganut spiritualitas Jawa yg gila kata "asli", dan bahkan sesumbar Borobudur adalah bukti keluhuran budaya Jawa yg asli, which is pendapat yg very goblok.



Borobudur itu pengaruh India, tidak asli.



Saya lihat, mereka yg jualan kata "asli" sudah keterlaluan. Semuanya diaku-aku asli, pedahal boleh bilang tidak ada lagi yg asli di Indonesia. Semuanya import. Bahkan gen yg mengalir di tubuh orang Indon juga import. Mungkin lebih dari separuh penduduk Indonesia adalah keturunan campuran; dengan Cina, Arab, India dan Eropa. Kalau masih asli gen-nya, maka kemungkinan besar sama sekali tidak bisa berpikir. Terlalu tolol. Tanpa ada campuran dari luar, negeri ini stuck, mandeg. Semakin lama semakin gila asli, tapi tidak ada kemajuan.



Bahkan orang-orang Tengger dan Baduy tidak asli. Mereka sudah pakai konsep Hindu-Buddha dan Islam juga, walaupun sedikit. Setahu saya bahkan orang Baduy mengenal yg namanya "Adam". Mereka bukan asli melainkan terbelakang, tidak mau mengikuti perkembangan jaman. Saya kadang-kadang lihat orang Baduy jalan beriring-iringan di pinggir jalan raya dekat rumah saya yg memang masuk propinsi Banten, walaupun di perbatasan Jakarta. Orang Baduy perawakannya kecil, ramping dan kurus. Jalannya cepat tanpa menggunakan kendaraan dan alas kaki. Jadi, lalu lintas bisa padat, banyak kendaraan umum, tetapi orang Baduy cuek aja, mereka selalu jalan kaki. Sudah pakai baju juga, tetapi tidak pakai celana. Mereka pakai kain sebatas paha, yg terlihat seperti rok mini.



Yg mungkin asli dibawa dari daratan Asia oleh nenek-moyang kita adalah rumah-rumah adat Batak dan Toraja. Bentuknya masih asli. Kalau rumah-rumah adat lainnya sudah dapat campuran pengaruh India dan Cina. Taman Sari yg merupakan bagian dari Keraton Yogya bahkan dibangun dengan arsitek orang Portugis. Keratonnya sendiri mungkin dibangun dengan arsitek Cina.



Agama-agama etnik Indonesia juga tidak semuanya asli. Agama Batak, misalnya, jelas sudah kena pengaruh India. Agama Jawa juga. Tanpa ada pengaruh India, konsepnya miskin sekali. Terlalu primitif bahkan untuk dibahas.



Untuk anda yg belum tahu, bahkan bentuk negara RI ini adalah import. Sistem pemerintahan kita import. Sistem hukum kita import. Sistem berpikir kita import. Saya berpikir seperti orang Barat, dan itu import. Kalau saya berpikir dengan cara asli, saya akan setolol orang yg mengagung-agungkan leluhur yg konon asli. Leluhur yg asli tentu saja ada, tetapi itu manusia yg hidup di atas pohon. Tidak bisa berpikir; bisanya cuma berteriak suwung.. suwung.. dan usir agama import.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar